LANGSA — Beberapa hari lalu muncul isu pemerkosaan pengungsi Rohingya, oleh oknum tak bertanggung jawab di Langsa, Aceh. Namun isu tersebut langsung mendapat bantahan oleh tim advokasi dan kebijakan publik Dompet Dhuafa.
“Tidak ada pemerkosaan terhadap pengungsi di Langsa. Semua itu hanya guliran isu saja,” tegas Ridwan Affan, salah satu tim relawan dari bagian advokasi dan kebijakan publikyang sedang berada di Langsa, saat dihubungi melalui pesan singkat.
Pengungsi Rogingya di Langsa tetap beraktivitas seperti biasa. School for Refugees/Sekolah untuk pengungsi yang terletak di titik Lhokbani dan Bayeun. Titik pengungsian di Lhokbani sekolah ditujukan untuk anak-anak usia 6-13 tahun yang beroperasi setiap Senin dari Jumat, mulai jam 10-12 WIB.
Peserta yang ikut mencapai 30 anak. Sedangkan di titik Bayeun ditujukan untuk perempuan usia produktif. Awalnya banyak peserta yang mengikuti. Namun, sekarang jumlah yang ikut hanya tujuh orang karena sebagian ada yang ternyata diam-diam pergi ke Malaysia.
Kedua sekolah tersebut sama-sama membawakan mata pelajaran Bahasa Inggris, matematika, dan keterampilan hidup. “Sesungguhnya yang utama adalah Bahasa Inggris-nya, supaya mereka dapat berkomunikasi degan orang lain,” ujar Tanty dari tim Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa melalui pesan singkat.
Ada sepuluh relawan lokal Dompet Dhuafa yang menjadi pengajar para pengungsi. Mereka adalah mahasiswa dari Universitas Samudera. Selain itu, Dompet Dhuafa juga memberikan pelatihan salon muslimah dan housing (hunian sementara) dari Institut Kemandirian.
Selain itu, Dompet Dhuafa saat ini masih terus men-suplay kebutuhan relawan terkait kesehatan. “Kita selalu sedia hygine kit sama peralatan ibadah, jadi kalau tiba-tiba ada kebutuhan kita langsung kasih,” tambah Tanty.
Hingga saat ini progres pembangunan sekolah dengan enam ruangan belajar di area relokasi Timbang, Langsa, Aceh masih terus dilakukan. Semoga dapat selesai sesuai target, agar kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. (Dompet Dhuafa/Erni)