ILLIGAN – Selasa (13/6), tim kemanusiaan Dompet Dhuafa melakukan penyaluran bantuan kemanusiaan 84 paket parsel lebaran, di salah satu titik pengungsian yang menggabungkan Pusat Pengungsian (Evacuation Centre), dan Rumah Penampungan (home-based). Tempat yang menjadi penyaluran terletak di Ma’ahad Illigan Al-Islamie, Lomondot Compound, Bara-as, Kota Illigan, Provinsi Lanao del Sur, Filipina.
Teriknya matahari tak menyurutkan semangat juang tim kemanusiaan Dompet Dhuafa yang diketuai oleh Ust. Sadat Hadji Latif, bersama teman-teman relawan setempat dari Tulong, Marawi. Parsel lebaran Dompet Dhuafa yang terdiri dari paket makanan (5 kg beras, sarden, gula, susu), perlengkapan kebersihan (Sanitary Kit), perlengkapan kebersihan (Hygien Kit), dan perlengkapan memasak (kitchen unit).
Tantangan Di Lapangan
Penyaluran bantuan kemanusiaan bagi pengungsi Marawi di Kota Illigan oleh tim kemanusiaan Dompet Dhuafa untuk Marawi, menemukan banyak tantangan. Pertama tentu saja angka pengungsi (IDPs) yang sangat tinggi. Illigan City Disaster Risk Reduction and Management Office (ICDRRMO), mencatat per tanggal 12 Juni 2017, jumlah pengungsi mencapai angka 277.544 jiwa. Di mana 238.660 jiwa diantaranya menempati Rumah Penampungan (home-based), alih-alih berada di Pusat Pengungsian (evacuation centre).
Aspek ini menyebabkan tantangan kedua, yaitu sulitnya mengukur angka valid jumlah pengungsi. Lebih jauh mem-probing-nya menjadi data turunan dalam skala kelompok rentan adalah hal mustahil dilakukan. Tak pelak tim kesulitan dalam melakukan pengukuran kebutuhan atas kelompok lansia, perempuan, perempuan hamil dan menyusui, serta balita dan anak-anak.
Tantangan ketiga adalah kearifan lokal bangsa Maranao yang disebut sebagai ‘maratabat’. Maratabat pada dasarnya merupakan karakter dasar bangsa Maranao yang enggan untuk menengadahkan tangan ke sesama, atau diposisikan sebagai kelompok peminta.
Dalam banyak cerita yang dinarasikan ke saya oleh teman-teman relawan kemanusiaan Dompet Dhuafa di Illigan, bangsa Maranao hampir semuanya adalah pedagang sukses. Mereka membawa nilai-nilai agama dalam setiap perniagaan. Tak heran, di mana ada pedagang Maranao yang sukses, di situ akan berdiri tegak mushala bagi kaum muslim setempat.
Sifat maratabat ini menemukan situasi peliknya di mana keinginan distribusi bantuan kemanusiaan oleh tim kemanusiaan Dompet Dhuafa. Sehingga harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menyinggung perasaan mereka. Dalam hal ini, membuat bangsa Maranao mengantre berpeluh keringat untuk mendapatkan bantuan adalah kesalahan fatal untuk dilakukan.
Menyikapi keberadaan kearifan lokal ini, tim kemanusiaan Dompet Dhuafa untuk Marawi menyiasatinya dengan sistem kupon. Ini untuk mengatur kursi-kursi sebagai tempat menunggu para korban konflik bersenjata yang telah mendiami titik-titik pengungsian selama 20 hari lebih ini. Meski demikian, misi kemanusiaan Dompet Dhuafa belum paripurna. Perjungan ini hingga seluruh pengungsi dapat kembali membangun kehidupan di kampung halamannya, Marawi. (Dompet Dhuafa/Arif RH)