Ratusan Rumtara Berdiri, Penyintas Bisa Tidur Lebih Nyaman dan Aman dari Penyakit

SIGI — Menjelang akhir 2018, memasuki bulan ketiga pasca terjadinya gempa yang disusul tsunami di Palu, Sigi, dan Donggala, kondisi penyintas semakin membaik. Walau masih terdapat ribuan penyintas yang masih menetap di pengungsian. Bukan karena ingin lebih lama di pengungsian, namun memang kebanyakan dari mereka sudah tidak memiliki harta benda. Gempa disusul tsunami akhir September lalu, menelan rumah beserta isi yang mereka miliki. Alhasil, pengungsian menjadi tempat tinggal baru bagi sebagian besar penyintas.

Ironisnya, kondisi lingkungan pengungsian tidak begitu bersahabat dengan penyintas. Panas ketika siang, dan dingin menusuk ketika malam sangat beresiko bagi kesehatan. Belum lagi ketika masuk musim penghujan seperti sekarang, penyakit menjadi terror bagi para penyintas di pengungsian. Data dari tim medis Dompet Dhuafa, kebanyakan pasien penyintas menderita penyakit pernafasan seperti bronchitis dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Hal tersebut berkaitan dengan kondisi berdebu di pengungsian. Diare menjadi penyakit yang juga banyak menyerang para penyintas. Pola konsusmsi yang tidak menentu dan kondisi musim penghujan menjadi penyebab utamanya. Kehadiran hunian layak menjadi impian bagi para penyintas di sana.

Dompet Dhuafa sejak awal sudah aktif terjun dalam penaggulangan bencana di Palu, Sigi, dan Donggala, yang terus berkesinambungan dan tidak lepas tangan. Sejak masuk masa recovery, Dompet Dhuafa sudah gencar dalam progam-progam lanjutan seperti pembangunan Rumah Sementara (RUMTARA). Terbaru, Setidaknya sudah ada 161 unit Rumtara yang sudah berdiri. Desa Lolu-Jono Oge Kec. Biromaru, Kab. Sigi, Sulawesi Tengah, telah berdiri rumtara sebanyak 139 unit. Sebagian Rumtara sudah dihuni dan unit lainya sedang dalam tahap pendataan. Sedangkan 22 unit lainya sudah dibangun di Desa Palolo, Kec. Sigi Bitomaru, Kab. Sigi, dan semuanya sudah dihuni oleh penyintas. Tahap selanjutnya masih banyak lagi Rumtara yang akan dibangun, mengingat pentingnya hunian bagi penyintas.

“Alhamdulillah, sudah nyaman sekarang. Bapak memang lagi sakit, jadi butuh tempat istirahat yang layak,” terang Lastri, salah satu penyintas penerima manfaat Rumtara di Desa Lolu.

Rumah keluarga Lastri tidak terselamatkan saat liquifaksi terjadi. Lastri beserta keluarga kini tinggal di Rumtara yang dibangun oleh Dompet Dhuafa. Dengan adanya Rumtara, para penyintas lebih tenang dan tidak khawatir terserang penyakit. Terlebih, hunian nyaman membuat mereka lebih cepat membuat resolusi terhadap kehidupan mereka pasca terjadinya bencana. (Dompet Dhuafa/Zul)