BOGOR, JAWA BARAT — Tahun 1968 silam, para kyai/ulama di wilayah Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, mendirikan sekolah sebagai pembuka jalan mengenyam pendidikan dan jalan dakwah. Sebab, belum ada sekolah sama sekali di Desa Karehkel. Hingga akhirnya hanya ada dua sekolah di desa tersebut, dan yang kedua didirikan adalah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mathla’ul Anwar – Bojong Abuya.
Madrasah tersebut gigih berdiri dan mencetak banyak generasi hingga kini. Tapi faktanya, bangunan MI Mathla’ul Anwar – Bojong Abuya baru pertama kali mengalami renovasi sarana dan prasarana pada tahun 2000, setelah puluhan tahun berupaya “meneduhkan” para pembelajarnya. Namun, “keteduhan” itu masih dikatakan jauh dari kata layak.
“Para pendahulu kami mendirikan madrasah ini di sini dengan mimpi menjaga pendidikan, mencerdaskan generasi penerus, mencetak anak saleh-salehah dan seterusnya. Gratis. Tugas kami berusaha menjaga dan merawat itu, sarana dan prasarana, dan terus memberi edukasi tentang madrasah,” ungkap Iik Atikah, Kepala Sekolah MI Mathla’ul Anwar – Bojong Abuya.
Baca juga: Milenial Patungan Renovasi Sekolah di Pulau Palas
Sebelumnya, kondisi ruang fisik MI Mathla’ul Anwar – Bojong Abuya terdapat atap dan papan tulis yang bolong, dinding yang jebol serta tambal-tambalan triplek pada dinding dan sekat kelasnya. Kusen jendela kayu yang sudah rapuh dan rayap, juga dinding pembatas jalan yang tidak tinggi.
Tentu saja, kondisi ini sangat mengganggu, terutama karena kegiatan belajar-mengajar di ruangan yang hanya dipisahkan oleh triplek tipis. Situasi ini membuat proses mengenyam pendidikan tidak nyaman, terutama karena suara dari kelas sebelah sering kali nyaring.
“Bisa bayangkan, sejak 1968 sampai sekarang itu puluhan tahun, baru ada bantuan renovasi dari desa setempat di tahun 2000. Namun, merawat sarana dan prasarana ini menjadi tantangan kami dalam merawat kenyamanan kegiatan belajar-mengajar di sini. Dan kami rasa, semangat belajar anak-anak juga lah yang menyemangati kami,” jelas Iik.
Adalah kakak-beradik, Fajar (11) dan Subur (10). Keduanya merupakan siswa kelas 4 MI Mathla’ul Anwar – Bojong Abuya yang tinggal di antara perbatasan Kecamatan Leuwiliang-Rumpin yaitu Kampung Jengkol, Desa Karehkel. Ayahnya meninggal dunia sebelum mereka bersekolah di MI Mathla’ul Anwar – Bojong Abuya. Kini sang bunda Fajar dan Subur, menafkahi mereka sebagai buruh cuci di desanya.
Semangatnya mengemban ilmu pendidikan sekaligus agama di MI Mathla’ul Anwar – Bojong Abuya, menunjukkan makna perjuangan pendidikan generasi penerus haruslah didukung dengan sarana dan prasarana yang layak. Namun hal tersebut di atas tak menyurutkan tekad Fajar dan Subur, juga teman-temannya untuk terus menuntut ilmu.
Baca juga: Siswa MHIS Ikut Aksi Kolaborasi Milenial Bangun Sekolah di Kampung Gunung Batu
Hingga pada tahun 2024, Dompet Dhuafa melalui program pendidikan bersama Bank Jago-Syariah melalui donasi pelanggannya, berupaya turut menjembatani untuk mewujudkan harapan para pendidik dan pengenyam pembelajaran tersebut. Amanah donasi yang terhimpun atas kebaikan kolektif itu, dikelola melalui program pendidikan-gerakan Milenial Bangun Sekolah (MBS) Dompet Dhuafa yang disalurkan berupa renovasi bangunan/ruang sekolah MI Mathla’ul Anwar – Bojong Abuya.
“Sejak awal 2024, kerjasama kebaikan ini kami salurkan kepada MI Mathla’ul Anwar – Bojong Abuya di Desa Karehkel. Meski bantuan renovasi ini belum terbilang sempurna, namun kami berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan kenyamanan pada kegiatan belajar-mengajar dalam kata layak. Kami ucap terima kasih juga untuk Bank Jago-Syariah, para donatur MBS serta pihak MI Mathla’ul Anwar, alhamdulillah, Maret mulai renov dan Juli ini sudah bisa digunakan,” sebut Hasairi Arnas, Digital Fundrising Dompet Dhuafa, pada Rabu (17/07/2024).
Ya, melalui program Milenial Bangun Sekolah, Dompet Dhuafa bukan hanya memberikan bantuan kelas saja, namun juga memberikan bantuan yang berkelanjutan. Melalui program pendidikan Sekolah Guru Indonesia (SGI), Dompet Dhuafa turut memberikan pelatihan dan pendampingan kepada pendidik di MI Mathla’ul Anwar – Bojong Abuya.
“Alhamdulillah, kami seperti terima durian runtuh ini ibaratnya, kayak mimpi, dapat bantuan seperti ini di renov yang kedua. Kusen jendela baru, papan tulis, atap bongkar semua, dan banyak baru. Ini tembok batas jalan awalnya pendek sehingga membahayakan siswa karena sangat nempel dengan jalan atau lalu-lalang kendaraan,” ungkap Iik.
Potret generasi penerus negeri ada di pundak mereka yang sedang berjuang belajar meski dengan ruang kelas yang jauh dari kata wajar. Dengan semangat #BersamaUntukSesama ayo BANTU SEKARANG wujudkan kelas belajar yang nyaman untuk anak-anak penerus generasi bangsa! (Dompet Dhuafa)
AYO! BANGUN SEKOLAH BARENG
Teks dan foto: Dhika Prabowo
Penyunting: Dedi Fadlil