Reinventing Sumpah Pemuda

JAKARTA — Pemuda merupakan salah satu kelompok sosial yang secara aktif turut menunjukkan keterlibatannya dalam alur sejarah bangsa. Jika kita flashback terhadap sejarah nasional kita, semangat pemuda Indonesia tak hanya mengangkat dengan senjata tetapi juga pemikiran dan pencerahan. Caranya, tentu saja melakukan konsolidasi kekuatan personal dan organisasional yang memiliki spirit perjuangan untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa ini tanpa pamrih. Sehingga wajar pemuda diberi predikat sebagai agent of change atau agent of development.

Artikulasi Politik Kaum Muda

Hal demikian terlihat para pemuda yang terhimpun dalam perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda tahun 1925, melahirkan Manifesto Politik 1925 yang intinya berisi prinsip perjuangan yakni unity (persatua), equality (kesetaraan), dan liberty (kemerdekaan). Kongres pemuda II pada 28 Oktober 1928 menjadi momentum lanjutan dari artikulasi politik kaum muda yang luar biasa. Sebuah manifesto dari para pemuda yang menjadi pintu menentukan proses ikrar bersama sebuah masyarakat negara-bangsa (nation state) yang berselogan “satu nusa, satu bangsa, satu bahasa” yakni Sumpah Pemuda. 

Kemudian masih segar diingatan bagaimana melalui kekuatan pemuda Gerakan Mei 1998 menemui puncak momentumnya dan melengserkan kekuatan rezim otoritarian Orde Baru yang berlangsung tak kurang dari 32 tahun. Melalui aktivitas gerakan pemuda dari berbagai saluran, publik selalu diingatkan bagaimana pemerintah menjalankan mandatnya dan otoritasnya sebagai pembuat regulasi. Melalui demonstrasi di pelbagai lokasi-lokasi strategis pusat kota, masyarakat disadarkan dan diimbau untuk turut peduli terhadap permasalahan bangsa dan Negara yang masih menjadi pekerjaan rumah yang begitu kompleks.

Namun, gerakan pemuda tak cukup berhenti setelah rezim orde baru bergulir. Tetapi pasca reformasi, pemuda harus tetap berada di garda terdepan untuk bersama-sama membangun konsolidasi demokrasi. Karena dalam kondisi apapun, pemuda adalah satu-satunya agent of change yang terus diharapkan oleh bangsa. Seperti yang dikatakan Al Chaidar dalam bukunya Reformasi Prematur (1999). Pemuda adalah saudara kandung reformasi (mungkin juga saudara kembar yang identik). Subsistem pemuda dan subsistem reformasi sudah menjadi sebuah sistem yang memiliki saling ketergantungan dan bekerja secara kolektif. Oleh karena itu, mematikan pemuda adalah mematikan reformasi itu sendiri.

Membangun Demokrasi

Gerakan pemuda menjadi salah satu pilar penting dalam membangun demokrasi. Untuk itu keberadaannya perlu terus dipertahankan demi menciptakan pemuda yang tidak saja berkubang dalam intelektualitas. Tetapi juga peduli dengan persoalan riil yang dihadapi oleh masyarakat. Bagaimanapun, perlu diberi perhatian secara khusus dari segi kualitas suara yang diaspirasikan oleh pemuda. Jika ingin pemuda menjadi sebuah saluran gerakan yang diperhitungkan oleh elit pembuat kebijakan, pemuda harus melihat kembali ke dalam dirinya dan dengan ikhlas memperbaiki kelemahan yang selama ini menjadi alasan efektivitas gerakan tersebut. Pemuda dituntut tidak hanya berjibaku melihat kelemahan kebijakan pemerintah. Otokritik diperlukan agar aktivisme politik pemuda menjadi gerakan yang berkualitas dan mendapat kehormatan di mata masyarakat karena jeli dalam menganalisis dan menawarkan solusi dalam membangun konsolidasi demokrasi.

Momentum Sumpah Pemuda 28 Oktober 2016 adalah momentum reinventing peran pemuda untuk dapat merespon dari pelbagai persoalan dan tantangan ke depan dengan tepat dan menggunakan pelbagai refrensi yang ada secara bijak, sehingga bangsa ini ke depan masih terus berharap kepada para pemuda.

Dompet Dhuafa sebagai lembaga filantropi terus merespon persoalan pemuda, melalui dana Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf (ZISWAF) program-program kepemudaan terus direalisasikan, seperti Sekolah Smart Ekselensi, Pusat Sumber Belajar, Sekolah Guru Indonesia yang terletak di kawasan Zona Madina, Parung, Bogor, menjadi langkah progresif mempersiapkan generasi muda untuk menjadi pemimpin bangsa di masa mendatang. (Dompet Dhuafa/Khoir)