Relawan GERLI, Utami Roesli: Nenek Faktor Utama Ibu Menyusui

JAKARTA — Bagi perempuan, menyusui menjadi sebuah perjuangan kedua setelah 9 bulan mengandung. Namun hal tersebut menjadi sesuatu kebahagiaan bagi seorang ibu apabila dilakukan dengan nyaman dan rasa kasih sayang penuh, juga dukungan orang-orang sekitar.

Pada suatu momen di Pekan ASI Sedunia 2019, sebuah organisasi ibu-ibu menyusui, LAKTASI, mendeklarasikan komunitas lansia guna mendukung proses laktasi bagi ibu-ibu menyusui. SELASI adalah singkatan dari Sentra Laktasi Indonesia. SELASI merupakan sebuah organisasi non-profit yang mendedikasikan fokus pengabdian pada pemberian Standar Emas Makanan Bayi melalui berbagai kegiatan. Deklarasi tersebut dilaksanakan di Auditorium Serbaguna Gedung Balai Kota, Kamis (29/8/2019). Turut menghadirkan Komunitas Nenek-Kakek Pendukung Menyusui (KNKPM) yang beranggotakan komunitas-komunitas lansia seperti GERLI (Gerakan Relawan Lansia Indonesia), juga lansia kakek-nenek secara umum.

Dalam deklarasi tersebut disampaikan oleh dr. Utami Roesli, Sp.A, MBA, IBCLC, FABM, Relawan GERLI Dompet Dhuafa juga Founder SELASI, bahwa faktor utama menyusui bagi ibu adalah orangtuanya sendiri (nenek). Banyak penelitian menyebutkan, memang benar banyak ibu menyusui mengeluh dan merasa tidak nyaman dalam masa menyusui dikarenakan tekanan dari ibunya sendiri. Terlebih ibu mertua. Perbedaan zaman dan pandangan cara mendidik serta merawat bayi menjadi awal permasalahannya. Juga kurangnya sosialisasi dan edukasi terhadap para nenek-kakek mengakibatkan perbedaan pandangan antara ibu dan nenek. Padahal, semakin berkebangnya zaman semakin banyak didapati ilmu dan teori tentang bagaimana cara menyusui dan merawat bayi secara baik, serta benar.

“Kurangnya edukasi dan sosialisasi terhadap kakek-nenek menjadikan banyak perselisihan dalam urusan mengurus bayi. Maka dari itu, perlu dan penting diadakannya edukasi bukan hanya kepada ibu hamil maupun menyusui. Tetapi juga para kakek, nenek, ayah, dan mertua harus juga mendapatkan edukasi seperti ini. Dengan dibentuknya Komunitas Nenek-kakek Peduli Menyusui seperti ini, diharapkan lebih mudah dalam mengedukasi khususnya para kakek dan nenek serta mertua. Supaya dalam mengurus bayi senada dengan ibu yang sedang menyusui,” ujar dr. Utami.

Benar, banyak terjadi dan telah diakui sebagian besar ibu menyusui, merasa kurang nyaman dengan banyaknya intervensi dan tekanan dari ibu maupun mertua. Salah satu contoh yang paling banyak ditemui adalah si bayi yang makan pisang. Mungkin orang tua jaman old menganggap bahwa memberi makan pisang kepada bayi menjadi alternatif saat ASI sedang tidak keluar ketika bayi sudah merasa lapar. Padahal menurut WHO hal tersebut kurang dianggap bijak. Contoh lain adalah susu kemasan yang dijadikan alternatif pengganti ASI tatkala sang ibu sibuk dengan karirnya, meskipun sang ibu sebenarnya masih dapat menghasilkan ASI bagi si bayi. Juga masih banyak hal-hal lainnya.

Sebagai petugas kesehatan, dr. Utami mengatakan penyebab keluar tidaknya ASI, faktor utamanya bukanlah dari kesehatan fisik atau stamina dari seorang ibu. Melainkan psikis sang ibu yang menjadi faktor penting. Seorang ibu yang terlihat sangat sehat dan bugar, memiliki payudara yang sehat dan kencang bisa jadi tidak menghasilkan ASI. Dikarenakan banyaknya faktor eksternal, seperti tekanan dari orangtua, kurang mendapat kenyamanan dari sang suami, banyak pikiran pekerjaan, ketakutan dan kekhawatiran terhadap si bayi, serta faktor lainnya yang datang dari luar kemudian mempengaruhi psikologinya.

Utami juga mengatakan kenyamanan seorang ibu adalah faktor terpenting yang paling utama dalam proses menyusui. Bahkan ia bercerita seorang ibu belum pernah hamil, kemudian memilih untuk mengadopsi seorang bayi, dapat menghasilkan ASI sebagaimana seorang ibu yang habis melahirkan. (Dompet Dhuafa/Muthohar)