Respon Dompet Dhuafa Untuk Lombok Belum Selesai

(Rangkuman Aktivitas Respon Dompet Dhuafa 6 – 12 Agustus 2018)

Masa tanggap darurat bencana gempa bumi Lombok telah diperpanjang Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi atau lebih dikenal Tuan Guru Bajang menjadi 14 hari, terhitung dari tanggal 12 hingga 25 Agustus 2018.

Data yang dihimpun Dompet Dhuafa memperkirakan gempa yang melanda wilayah Nusa tenggara Barat telah mengakibatkan 67.875 unit rumah rusak, serta merusakkan 468 sekolah. (Sumber BNPB) Sejak seminggu terakhir bencana di Lombok, Dompet Dhuafa telah melakukan aktivitas di sejumlah titik pengungsian. Sebab, gempa berkekuatan lebih dari 6,2 skala richter yang mengguncang pada 5 Agustus 2018, membuat banyak tempat tinggal warga mengalami kerusakan yang cukup parah.

Dompet Dhuafa segera melakukan respon, setiap hari berkoordinasi dan bekerjasama dengan BNPB untuk melakukan evakuasi korban. Sampai saat ini telah korban tercatat sejumlah 428 jiwa.

Merespon kebutuhan dasar masyarakat, Dompet Dhuafa telah mengirimkan bantuan logistik untuk 2840 jiwa di 9 titik seperti Desa Kakait, Amor, Jenggala dan sekitarnya. Logistik yang didistribusikan berupa minyak, gula, beras, air mineral, kecap, susu dan lain-lain.

Dompet Dhuafa bersama warga juga mendirikan fasilitas umum seperti masjid dan MCK darurat kemudian membuat pipanisasi air bersih dan menyediakan toren untuk memudahkan distribusi air ke 30 posko pengungsian yang tersebar di 9 dusun terdampak.

Dapur Keliling (Darling) Dompet Dhuafa juga berkeliling kebeberapa titik posko pengungsian di lombok utara untuk melakukan distribusi paket makanan. Sedikitnya 4800 paket makanan telah didistribusikan ke warga.

Selain itu, untuk melakukan langkah preventif berupa trauma healing kepada para pengungsi, Dompet Dhuafa melakukan Psychological First Aid (PFA). PFA ini sudah dilakukan 11 kali di empat titik lokasi pengungsian warga. Sasaran dari Program PFA ini adalah ibu, remaja dan anak dengan intervensi berbeda di masing-masing sasaran tersebut. Penerima manfaat dari program ini berjumlah 530 jiwa.

Tenda pengungsian yang hanya terbuat dari terpal seadanya menjadi tempat tinggal warga yang baru untuk beberapa bulan kedepan. Terik matahari di siang dan dinginnya udara di malam menjadi salah satu konsekuensi tinggal di tenda pengungsian. Alhasil dengan pola tempat tinggal seperti itu membuat daya tahan tubuh masyarakat terganggu. Selain ancaman trauma psikis, masyarakat juga dibayang-bayangi dengan berbagai penyakit biologis. Atas permasalahan tersebut melakukan Aksi Layan Sehat di 20 titik lokasi berbeda dengan jumlah penerima manfaat sebanyak 956 jiwa.

Hal ini belum cukup. Mengingat jumlah warga terdampak gempa ini mencapai 240.595 jiwa. Hingga berita diturunkan, masyarakat korban Gempa Bumi Lombok di pengungsian, masih membutuhkan banyak bantuan kebutuhan dasar. Air minum, makan, pemenuhan gizi, selimut, tenda, dan logistik lainnya masih menjadi kebutuhan mendesak korban selamat di pengungsian. Mari kita kembali bersama-sama, bentangkan kebaikan untuk bantu Lombok bangkit. (Adi/Ihsan)