Rupisa,Sebuah Kisah Pencarian Ketenangan Hati

TANGERANG–Namanya Rupisah, umurnya 27 tahun. Hari itu dia berpakaian gamis pink lengkap dengan hijabnya. Jika melihat penampilannya, tidak ada yg menyangka bahwa Pisa – nama panggilan Rupisah – adalah seorang gadis yang belum lama mengenal Islam. Dalam acara peresmian Pesantren Muallaf yang diinisiasi oleh Dompet Dhuafa tersebut, Pisa dengan berlinang air mata menceritakan bagaimana ia bisa mengenal Islam. Tersedu-sedu ia menceritakan bagaimana reaksi orangtuanya saat melihat anak gadisnya pulang kerumah dengan penampilan yang berbeda.

“Apa ini? Kamu sekarang mau jadi teroris ya?!” umpat orangtua Pisa, saat Pisa pulang ke kampung halamannya di Entikong dengan menutup seluruh tubuhnya, termasuk rambutnya.

Tapi iman adalah masalah hati, hidayah adalah hak prerogatif Allah dengan Istiqomah sebagai pelengkapnya. Pisa memilih Islam bukan tanpa alasan. Pisa memilih Islam setelah bertahun-tahun mencari tahu tentang agama yang dibawa Nabi Muhammad tersebut.

“Semua berawal dari rentetan pertanyaan seputar Islam yang selalu membuat saya gelisah.” Ujarnya.

Untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang muncul di dalam benaknya, Pisa mulai mencari-cari video ceramah Ustadz Zakir Naik di Youtube. Selain itu, ia juga mulai mencari jawaban secara langsung dengan mendatangi kajian keislaman, maupun bertanya langsung kepada teman-temannya yang muslim. Bahkan, saat hidayah itu mulai menyapanya meski belum mantap hati sepenuhnya untuk bersyahadat, Pisa sudah memutuskan untuk mengenakan kerudung.

Hingga akhirnya hidayah dan kemantapan hati itu datang pada Mei 2017 yang lalu. Dengan diantar teman-teman kuliahnya, Pisa mengucapkan kalimat syahadat di sebuah masjid dekat kampusnya di Malang, Jawa Timur. Meski keteguhan sudah dicapai, tetap saja ada yang mengganjal di hati Rupisa. Ia masih sulit untuk membuat orangtuanya menerima perubahannya.

Akhirnya, setelah lulus kuliah dan sempat pulang kampung sejenak ke Entikong, Pisa memutuskan untuk hijrah ke pulau Jawa. Tepatnya di Bekasi, Pisa mengadu nasib untuk mencari pekerjaan juga mencari ketenangan dalam ibadah. Namun ternyata ia dipertemukan dengan jalan yang tak ia duga. Salah seorang kerabatnya di Bekasi menyarankan Pisa untuk tinggal di Wisma Muallaf Dompet Dhuafa di bilangan Serpong, Tangerang.

“Akhirnya, tak berselang lama dari kedatangan saya di Bekasi, saya dijemput oleh tim Wisma Muallaf. Saya pun merasa sangat beruntung bisa tinggal di Wisma Muallaf karena disini saya bisa lebih tenang dalam beribadah, juga tentunya kebutuhan saya untuk belajar Islam bisa terpenuhi. Disini (Wisma Muallaf) saya belajar dasar-dasar Islam, praktek sholat dan lain-lain. Mohon doanya agar keimanan saya semakin hari semakin kuat dan bisa menjadi muslim yang baik.” Tutup Rupisa.

Wisma Muallaf Dompet Dhuafa sendiri merupakan sebuah tempat yang diperuntukkan untuk program-program pendampingan muallaf. Pada pertengahan April yang lalu, Wisma Muallaf baru saja meluncurkkan program Pesantren Muallaf dimana Pisa adalah salah satu pesertanya. Pesantren Muallaf ini dirancang  dengan program pembinaan dan pengembangan keislaman, sehingga para muallaf tidak merasa kesulitan dalam mempelajari Islam.(Dompet Dhuafa/Dea)