PARUNG — Panahan sekarang menjadi salah satu cabang yang dikompetisikan dalam berbagai ajang olahraga. Jika dahulu digunakan dalam rangka bertahan hidup, yakni untuk berburu. Sekarang sudah beralih menjadi olahraga yang digandrungi. Namun bukan perkara mudah untuk mahir dalam olahraga satu ini. Dibutuhkan latihan yang serius dan ikhlas dalam menjalaninya. Maka tidak jarang ada juga yang menanggap kalau panahan semacam seni. Lantaran sulit untuk mahir, namun sangat banyak manfaatnya dengan kehidupan.
Sehubung dengan itu, Djampang Archery Club (DAC) mengadakan lomba memanah atau yang disebut Djampang Archery Competition di Kawasan Wisata Djampang Zona Madina Dompet Dhuafa, Parung, Bogor pada Sabtu (27/7/2019). Kompetisi tersebut dilaksanakan selama dua hari yakni dari tanggal 27 Juli sampai 28 Juli 2019. Dengan tiga kategori perlombaan, ada kategori Anak (di bawah umur 12 tahun), Remaja (di atas 12 tahun), dan Dewasa (di atas 18 tahun).
“Kita ingin mengangkat salah satu sunnah rasul yakni memanah. Nah dari sini, Djampang Archery Club (DAC) yang berada di bawah Federasi Seni Panahan Tradisional Indonesia (FESPATI), mengupayakan dan menghidupkan nilai-nilai sunnah, serta mengangkat seni tradisional (panahan) itu sendiri,” ujar Zaki Sarkiwan Aditya, selaku ketua Djampang Archery Competition 2019 yang juga merupakan Ketua Fespati Bogor Raya.
Konsep yang diusung masih sama dengan tahun lalu, yakni Field Archery. Di mana para pemanah akan memanah di ruangan terbuka yang asri dengan alam. Seperti memanah target replika berbentuk kelinci, rusa, target bergerak, membidik sambil berdiri di atas tong, sampai membidik dari balik pepohonan. Tidak hanya itu, peserta atau pengunjung dapat menikmati bazar yang menyediakan berbagai macam makan dan minuman, serta pernak-pernik untuk melengkapi koleksi busur-panah.
“Konsep yang diusung tidak berbeda jauh. Namun ada sedikit perbedaan, sekarang ini mengusug empat rukun dalam memanah itu sendiri. Pertama, kekuatan. Kedua, kewaspadaan. Ketiga, fokus. Keempat, kecepatan,” lanjut Zaki.
Sebanyak 600 peserta mendaftar kompetisi tersebut. Ada yang berasal dari Bandung, Serang, Sukabumi dan masih banyak lagi. Lomba tersebut terbagi dua sesi. Sesi pertama di Sabtu (27/7/2019) diperuntukan untuk Anak, Remaja, dan Dewasa (Wanita). Sedangkan sesi kedua Minggu (28/7/2019) untuk peserta Dewasa (Pria).
“Ini ke-4 kali kegiatan tersebut dilakukan di sini, dan alhamdulillah dari tahun ke tahun meningkat jumlahya. Menariknya lagi, nanti lewat upaya teman-teman Djampang Archery Club, kita bisa bermain panahan pada malam hari. Ini merupakan layanan dari kami bersama Djampang Archery Club,” jelas Yuli Pujihardi, selaku Direktur Utama Kawasan Zona Madina Dompet Dhuafa.
Uti (58) bersama keluarganya menuturkan ketertarikannya mengikuti kompetisi tersebut. Selain untuk sehat, kompetisi tersebut juga untuk menambah kawan. Mengingat melalui kompetisi, komunitas panahan dari seluruh Indonesia berkumpul.
“Alhamdulillah, di usia yang sekarang ini, tidak mengganggu dalam olahraga memanah. Justru malah semakin semangat. Lalu di akhir zaman kan ceritanya kita akan memerangi dajjal. Jadi kita harus mempersiapkan sejak dini (kemahiran memanah),” aku Uti, yang didampingi oleh anak perempuannya.
Bagi para peserta yang beruntung dan berhasil menang. Akan mendapatkan satu set busur dan uang pendampingan. Selain itu juga akan coba diajukan untuk mengikuti kompetisi yang lebih tinggi lagi.
“Para pemanah di sini (yang berpotensi) akan coba kami ajukan untuk mengikuti lomba Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS),” tutup Zaki. (Dompet Dhuafa/Fajar)