foto: Ilustrasi Gerhana Matahari
Masyarakat di Tanah Air rasanya tak sabar menanti peristiwa Gerhana Matahari Total yang akan hadir menghiasi langit pada Rabu (9/3), esok hari. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), merilis prakiraan cuaca di 7 provinsi saat gerhana matahari total terjadi yakni, Bengkulu, Palembang, Tanjung Pandan Belitung, Pangkalan Bun Kalimantan Tengah, Palangkaraya Kalimantan Tengah, Balikpapan Kalimantan Timur, Palu Sulawesi Tengah, dan Ternate Maluku.
Fenomena alam yang bisa dibilang terjadi sekali seumur hidup ini begitu menghipnotis, tak hanya masyarakat di Tanah Air, bahkan turis mancanegara pun begitu antusias berkunjung ke Indonesia untuk melihat moment langka tersebut. Alhasil, wilayah-wilayah di Indonesia yang bersentuhan langsung dengan Gerhana Matahari menjadikan, fenomena alam tersebut sebagai “wisata dadakan” yang menjadi lahan usaha untuk mengais rezeki.
Ya, tak ada yang salah dari kondisi tersebut. Namun, sebagai umat muslim, alangkah baiknya menyambut fenomena alam yang terjadi, salah satunya peristiwa Gerhana Matahari, sesuai dengan tuntunan dalam ajaran Islam. Dalam bahasa Arab, Gerhana Matahari disebut ‘kusuf’ yang bermaksud terlindung atau hilangnya cahaya matahari.
Di zaman Rasulullah SAW, fenomena Gerhana Matahari pernah terjadi. Peristiwa Gerhana Matahari bukanlah bentuk kemurkaan Allah SWT, namun merupakan tanda kebesaran-Nya. Dengan demikian, sudah sepatutnya kita sebagai umat muslim tak hanya menjadikan fenomena yang menakjubkan tersebut untuk pemandangan saja, tetapi juga dianjurkan untuk Solat Sunah Kusuf (Solat Gerhana).
Terdapat beberapa perkara sunnah yang dianjurkan saat peristiwa gerhana terjadi, di antaranya adalah melakukan solat dan berdoa. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a. bahawa Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua macam tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari atau bulan itu bukanlah karena kematian seseorang atau kehidupannya. Maka jikalau kamu melihatnya, berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, bersedekahlah serta bersolatlah.”
Selanjutnya, berdasarkan Riwayat H.R. Muslim, Aisyah radhiyallahu anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘ASH SHALATU JAMI’AH (mari kita lakukan shalat berjamaah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku dan empat kali sujud dalam dua rakaat. (HR. Muslim no. 901)
Shalat Sunat Kusuf (Shalat Gerhana) boleh dilakukan di rumah, surau atau masjid. Shalat Sunat Kusuf boleh dilakukan sendirian (munfarid). Namun disarankan lebih utama ditunaikan secara berjamaah di masjid. Sebaiknya dibacakan khutbah setelah selesai shalat seperti pada solat hari raya. Isinya diarahkan kepada keterangan tentang gerhana, isu-isu semasa ataupun hal-hal bermanfaat yang menjurus kepada anjuran taubat, sedekah, persatuan, amar ma’ruf nahi mungkar.
Dengan demikian, sudah sepatutnya seluruh umat muslim mensyukuri fenomena alam Gerhana Matahari yang terjadi sebagai tanda kekuasaan Allah SWT dan dianjurkan melakukan Shalat Sunat Kusuf (Shalat Gerhana). Dengan begitu, umat muslim semakin bersyukur atas kekuasaan Allah SWT dan meningkatnya iman serta takwa. (Dompet Dhuafa/Uyang/Berbagai sumber)