Seorang warga tengah berjalan dengan menjinjing wadah di kepala guna mendapatkan air bersih. (Foto: Dokumen DD)
Air bersih dan mudah diakses menjadi unsur penting untuk mencapai keberlangsungan hidup. Namun, belum semua wilayah di Indonesia dapat merasakan dan menikmati air bersih itu dengan mudah. Beberapa wilayah di nusantara masih kesulitan mendapatkan air bersih yang menjadi sumber kehidupan. Seperti halnya yang dirasakan warga Desa Papela, Kecamatan Rote Timur,Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, yang telah merasakan sulitnya mendapatkan air bersih selama berpuluh-puluh tahun.
Beberapa faktor penyebab yang ditengarai mengapa akses air bersih begitu minim didapat warga yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan ini diantaranya, sumber air yang jauh, minimnya program pemerintah yang disalurkan ke Desa Papela dan minimnya inisiatif masyarakat untuk membangun sarana air.
Penyebab lainnya adalah dikarenakan konflik sosial yang terjadi di wilayah tersebut. Desa Papela merupakan desa yang memiliki warga muslim terbanyak di kabupaten Rote Ndao yang diduga mengalami konflik dengan desa tetangga yang penduduknya mayoritas non muslim dan memiliki sumber air adalah salah satu penyebabnya. Karena bantuan program pengeboran air dari pemerintah tidak di salurkan ke desa yang terletak di dekat pesisir pantai ini.
Karena sulitnya mendapatkan air bersih, warga yang berjumlah sekitar 441 kk ini, untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, hampir seluruh warganya membeli air dari truk pengangkut air. Kebutuhan air ini dipenuhi dengan berlangganan air dari Perusahan Air Minum (PAM) setempat. Namun, kendala mulai dihadapi warga. Air PAM tidak mengalir selama 6 hari, sehingga masyarakat harus berjaga-jaga menampung air sebanyak mungkin ketika air PAM tengah mengalir.
Atas keprihatinan terhadap sulitnya akses akan kebutuhan air bersih di wilayah tersebut, membuat Dompet Dhuafa melalui Program Air Untuk Kehidupan (AUK) memberikan bantuan berupa mobil tangki pengangkut air bersih yang nantinya dijadikan sarana masyarakat dalam memperoleh air bersih.
“Kita sulit mendapatkan akses sumber air dan melakukan pengeboran dan pipanisasi ke desa papela dikarenakan rawan konflik sosial. Untuk itu truk air keliling menjadi solusi alternatif,” ujar Nugroho Indera Warman, Manager Public Interest and Peace Building Dompet Dhuafa, pada Rabu (10/12).
Untuk itu, lebih lanjut ia menjelaskan, nantinya akan diajukan pengadaan air dengan cara membeli secara borongan ke truk air keliling milik swasta dan membangun penampungan air yang terletak di tengah-tengah desa sehingga mempermudah warga untuk mendapatkan air bersih secara gratis. Adapun sarana penampungan air tersebut dipelihara oleh komunitas dari masyarakat setempat yang akan dibentuk oleh mitra dari Dompet Dhuafa untuk melakukan pemeliharaan aset dan monitoring.
“Semoga pengadaan satu unit mobil truk tangki air ini juga akan menambah kualitas sustainability program ini dan tentunya daya jangkau program ini akan semakin luas, dikarenakan mobilisasi air semakin mudah,” harapnya. (Uyang)