BOGOR — Mendapatkan beasiswa dari Dompet Dhuafa ibarat menerima hutang. Namun, bukan materi yang harus dibayar, melainkan sebuah pengabdian. Seperti yang dialami Ilham Nurdin (32), salah satu penerima Beastudi Etos Dompet Dhuafa angkatan pertama. Setelah tamat profesi dokter (KOAS) pada 2009, Ilham, merasa tertantang untuk menjadi dokter di sebuah klinik milik lembaga kemanusiaan di daerah konflik, Ambon. Namun karena syarat untuk menjadi dokter yang diakui negara, membuatnya mesti mengikuti Pegawai Tidak Tetap (PTT) Kementerian Kesehatan, akhirnya Ilham keluar dari Ambon tahun 2010.
Selama PTT, Ilham dikirim untuk menjadi dokter di Puskesmas Pakue Utara, Kabupaten Kolaka Utara, yang tergolong daerah terpencil. Di daerah tersebut jangankan sinyal seluler, listrik dan air bersih pun hanya menjadi keniscayaan. Ilham mengatakan listrik dari PLN hanya menyala 3 hari sekali selama 2 jam dari pukul 7 hingga 9 malam. Untuk mandi, Ilham mesti menumpang ke rumah warga.
“Saya jadi dokter umum PTT 4 tahun. Setiap 6 bulan sekali saya pindah Puskesmas. Namun tetap berada di kabupaten yang sama. Saya lama di sana, karena tenaga dokter masih sangat sedikit dan terbatas,” kenang Ilham.
Guna mendalami profesi dokter spesialis, pada April 2015, Ilham memutuskan hijrah ke RS Persahabatan Jakarta, yang merupakan rumah sakit tipe A. Di rumah sakit umum pusat tersebut, Ilham mengemban tugas menjadi dokter jaga di ruang Intensive Coronary Care Unit (ICCU) yang menanganai pasien serangan jantung hingga saat ini.
“Karena sarat untuk jadi dokter spesialis harus dinas di rumah sakit tipe A. Insya Allah tahun ini saya akan dalami spesialis neurologi di Universitas Indonesia. Saya sudah dapat rekomendasi, tinggal tes saja. Setelahnya saya berkeinginan untuk kembali membantu RST,” papar Ilham.
Berkat program Beastudi Etos Dompet Dhuafa, kini kehidupan Ilham sudah jauh lebih baik dan mapan. Ia telah menyandang PNS di Kemenkes dan secara finansial rezeki yang diperoleh Ilham sudah lebih dari cukup. Di rumahnya yang ia beli tak jauh dari RST, terparkir mobil mini bus dan dua unit sepeda motor. Tak lupa tiap bulannya Ilham rutin mengirim rezekinya untuk diberikan kepada kedua orang tuanya di kampung halaman.
“Saya ucapkan terimakasih kepada Dompet Dhuafa, khususnya para donatur. Berkat Dompet Dhuafa saya bisa seperti saat ini. Tanpanya saya mungkin tidak menjadi dokter yang sudah matang secara materiil. Semoga kedepan Dompet Dhuafa jauh lebih membantu banyak umat, memberdayakan umat, sehingga kaum dhuafa seperti saya dapat tertolong mengembangkan cita-cita,” tutup Ilham. (Dompet Dhuafa/Eva)