Semangat Juang Dakwah Hingga Ke Pedalaman

Menjadi seorang dai merupakan impiannya sejak kecil walaupun harus berdakwah hingga ke pedalaman. Rintangan kerap dihadapi Ali Sobara, (33), saat menuju lokasi dakwah di wilayah pedalaman Baduy, Kabupaten Lebak, Banten. Berjam-jam ia harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki dari satu kampung ke kampung lainnya yang berjarak sekitar 5 kilometer.

Kondisi geografis wilayah yang berbukit, dan batuan terjal menjadi salah satu hambatan yang dihadapinya. Tidak hanya itu, ia pun harus melewati sebuah jembatan gantung tua dekat perbatasan kampung, yang sewaktu-waktu bisa mengancam keselamatannya.

Pengalaman tersebut dialami Ali saat akan berdakwah dari lokasi tempat tinggalnya di Kampung Pal Opat, saat menuju lokasi dakwah yang berjumlah 5 kampung diantaranya Pal Opat, Nagara, Ciboleger, Cikakal, dan Kompol, di Desa Jalupang Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.

“Pengalaman ini berharga buat saya, karena baru pertama kali dakwah di wilayah pedalaman, seperti Baduy ini,” kenang salah satu anggota dari Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa), asosiasi dai yang dibentuk Dompet Dhuafa.

Sebulan lamanya berdakwah tepat pada Ramadhan lalu, membuat bapak beranak dua ini penuh dengan kegiatan-kegiatan rohani yang dijalankannya bersama warga. Beberapa kegiatan rutin yang dijalankan seperti mengisi majelis taklim, mengajar baca qur’an, dan rutinitas kegiatan keagamaan lainnya seperti menjadi imam solat lima waktu dan teraweh, dan dakwah ke tiap-tiap rumah warga.

“Alhamdulillah, 5 kampung lokasi dakwah saya datangi. Setiap kampung sekitar 5 hari saya luangkan waktu untuk berdakwah dengan kegiatan keagamaan,” jelasnya Pria Kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, 3 Desember 1980 ini.

Dari 5 kampung yang menjadi lokasi dakwahnya, Ali bercerita, untuk Kampung Pal Opat, Nagara, Ciboleger, Cikakal, dan Kompol secara rata-rata masyarakatnya sudah menganut agama Islam. Namun, kebanyakan dari mereka masih mempercayai kepercayaan adat berupa perkataan Puun (Kepala Adat), tanpa memiliki panduan berupa kitab suci.

“Mereka percaya Allah, tapi hanya sekedar percaya dan tidak jalankan syariat Islam. Ini yang menjadi tantangan besar saya berdakwah,” ujarnya.

Strategi dakwah pun mulai disiapkan ustadz muda yang sehari-hari berwirausaha ternak domba ini. Dengan mengusung tema besar ‘Pentingnya Islam secara Kaffah’ yang menjadi materi kajiannya dalam berdakwah, Ali sangat yakin, ilmu yang disampaikannya nanti akan kaffah (menyeluruh) di hati masyarakat Kampung Baduy.

“Jadi tidak hanya solat dan puasa, tapi peraturan hidup yang diatur dalam Al quran dan hadis ini yang terus saya gencarkan dalam dakwah,” ungkapnya.

Tak dirasa dakwah yang dilakukannya selama sebulan penuh berakhir. Kini, pengalaman berdakwah di pedalaman Baduy menjadi sebuah pengalaman yang tak terlupakan dalam hidupnya. Terlebih, antusiasme warga saat mendengarkan materi dakwah yang disampaikannya.

“ ‘Ustadz kapan balik lagi ke sini? Kami kangen dakwah ustadz,’ ini yang mereka katakan pada saya saat mau pulang,” kenangnya. (uyang)