JAKARTA — Sudah tujuh tahun lamanya, Rusi (48), mengabdikan diri untuk membina dan mendidik anak-anak pemulung di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Al- Hidayah, yang terletak di wilayah Kampung Rawabadung, Jati Negera, Cakung, Jakarta Timur.
Keprihatinan akan kondisi moral anak-anak yang pada putus sekolah, lantaran ikut bekerja mengais rezeki untuk membantu perekonomian keluarga dan maraknya pergaulan bebas, serta pandangan negatif masyarakat akan pemulang adalah orang tak berpendidikan, malas dan miskin. Membuat hatinya tergerak untuk mendedikasikan diri membina moral generasi bangsa dengan menyelenggarakan kegiatan pengajian.
Tepat pada 2011, Rusi bersama suaminya Suharlan (50), memulai kegiatan pengajian di sebuah mushala sederhana yang terbuat dari triplek yang merupakan hasil swadaya masyarakat di tengah pemukiman lapak pemulung. Mayoritas muridnya berasal dari keluarga pemulung dan kaum dhuafa yang tersebar di wilayah Rawabadung RT 010/RW 06. Saat ini, terdapat 63 anak yang masih aktif mengikuti kegiatan di TPA Al-Hidayah. Di TPA tersebut anak-anak tidak hanya diajarkan mengaji, namun juga dididik sisi mental dan rohaninya dengan pendekatan Funny Education.
Mereka yang mengaji tak dipungut biaya dari awal masuk sampai mereka mahir membaca Al-Quran. Bahkan mereka yang mengajipun terkadang mendapatkan hadiah seperti perlengkapan alat tulis dari donator yang bersifat personal maupun lembaga yang peduli akan masa depan mereka. Semangat juang mereka untuk mengaji dan pengorbanan waktu yang semestinya untuk keliling kampung memulung. Tetapi bagi Rusi, kegiatan tersebut sudah membuatnya senang dan bahagia.
“Dari Selasa sampai Kamis, kami rutin mengajar mengaji di sini. Senang rasanya melihat anak-anak dapat mengaji. Sekarang sudah ada total 63 anak yang masih aktif belajar ngaji di sini. Walaupun menggunakan sarana seadanya, mereka tetap semangat untuk belajar,“ ucap ibu dua anak tersebut.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga dan membiayai sekolah kedua anaknya, Suharlan dan Rusi berdagang Soto Ayam di depan rumah. Terkadang keuntungan yang ia dapatkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan belajar dan mengajar TPA binaannya.
Melalui program Bina Marginal, Dompet Dhuafa memberi bantuan berupa sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar seperti, Papan Tulis, Meja Belajar, Al-Quran, Iqro serta Kerudung. Bantuan tersebut disambut antusias oleh anak-anak. Bahkan mereka langsung mencoba meja belajarnya untuk membaca Iqro.
“Senang banget kak punya meja belajar dan papan tulis baru. Aku jadi tambah semangat belajarnya, sekarang aku sudah juz ama,” ujar Hikmah (9), yang merupakan salah satu murid TPQ Hidayah.
Bina Komunitas Marginal Dompet Dhuafa adalah layanan dakwah komunitas yang fokus untuk melakukan pembinaan di beberapa komunitas marginal yang perlu mendapatkan intervensi sisi pemenuhan kebutuhan. Sasarannya seperti Pemukiman Pemulung, Pemukiman Nelayan dan masih banyak lagi.
Dukungan untuk Bina Marginal di antaranya menyediakan tenaga pengajar dan juga memberikan bantuan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pembelajaran, khususnya di kawasan marginal. (Dompet Dhuafa/Taufan LPM)