Semarak Ramadhan Di Athena (Bagian 1)

ATHENA, YUNANI — Datangnya bulan suci Ramadhan disambut dengan penuh suka cita oleh umat Islam di seluruh dunia. Semarak bulan suci di Indonesia sendiri sudah terasa dari jauh-jauh hari sebelum Ramadhan. Kentalnya suasana Ramadhan di Indonesia, tentu tidak bisa lepas dari fakta bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Namun bagaimanakah suasana Ramadhan di negara yang mana muslim menjadi minoritas?

Pada Ramadhan kali ini, Ustadz Dr. Abdul Ghoni, salah satu Da’i Ambassador Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa), berkesempatan untuk berdakwah di Athena, Yunani. Negara tersebut, dikenal sebagai negeri lahirnya para filsuf. Di negara yang terletak di Eropa bagian tenggara ini, muslim menjadi minoritas. Mayoritas penduduk negeri tempat lahirnya budaya barat ini, mayoritas penduduknya beragama Kristen Ortodoks. Bagaimana pengalaman Ustadz Abdul Ghoni berpuasa disana? Berikut cerita selengkapnya.

Sebuah anugerah yang tiada tara bagi seorang muslim Indonesia untuk dapat menikmati anugerah Ramadhan di Athena, Yunani. Salah satu kota sumber peradaban dunia. Tanggal 27 Mei 2017, pukul 21.00, Ustadz Dr. Abdul Ghoni berkesempatan untuk berkunjung ke Athena yang difasilitasi oleh Cordofa Dompet Dhuafa dan KBRI untuk Yunani.

Pada Ramadhan kali ini, negara-negara di Eropa secara umum sudah mulai memasuki musim panas, walaupun sesekali masih terjadi hujan. Sebagai mana fenomena tahunan musim panas, maka ada perbedaan yang signifikan antara durasi waktu siang dan waktu malam. Jika dihitung malam dimulai dari terbit fajar hingga matahari terbenam, maka terhitung rentang waktunya sekitar 16 jam.

Begitulah gambaran waktu umat Islam menjalankan ibadah puasa, dimulai dari waktu Subuh pada jam 4.16 menit hingga masuk waktu Maghrib pada jam 20.29 menit. Sementara waktu Isya baru mulai masuk, pada jam 22.20 menit, sehingga diperkirakan umat Islam di Athena baru menyelesaikan shalat Tarawih sekitar pukul 23.30 waktu setempat. Dengan demikian ada waktu istirahat untuk tidur di malam hari sekitar 3 atau 3 ½ jam.

Agak sedikit berbeda dengan Indonesia yang standar waktu berpuasanya sekitar 13 ½ jam, dan rentang waktu tidur malam yang dimungkinkan antara jam 21.30 sampai 03.30 sekitar waktu 8 jam.

Athena merupakan sebuah kota di mana umat Islam adalah kelompok minoritas. Di antara kelompok minoritas Muslim di sana, ada sekitar 200 WNI Muslim yang tinggal di Athena. Syukur alhamdulillah, pada hari kedua puasa, Ahad 28 Mei 2017, KBRI mengundang seluruh WNI di Athena untuk mengikuti acara “Buka Puasa dan Tarawih Bersama”. Acara tersebut merupakan agenda tahunan yang disebut dengan kegiatan Pesantren Kilat Ramadhan. Dari sekitar 200 WNI Muslim, ada sekitar 80 WNI Muslim yang hadir pada acara buka puasa perdana Ramadhan 1438 H tersebut.

Acara buka puasa dan Tarawih bersama, bagi KBRI merupakan bagian dari program pembinaan masyarakat Indonesia. John Admiral sebagai penanggung jawab program sosial, budaya, dan politik KBRI, merasakan betapa besar urgensinya acara berbuka puasa bersama yang di antara salah satu agendanya adalah pemberian taushiyah agama.

Selain itu, Yovi, sebagai penangung jawab kedutaan sementara sebelum datangnya Dubes Yunani yang baru, menyebutkan bahwa program buka puasa bersama juga menjadi ajang pengingat agar WNI yang memiliki aktivitas di Yunani terus-menerus menjaga image baik yang selama ini sudah ada. Bahwa orang Indonesia adalah orang yang sangat baik, sehingga lebih disukai oleh masyarakat Greek. (Dompet Dhuafa/Ustadz Dr. Abdul Ghoni/Dea)