Semesta Hijau Dompet Dhuafa : ?Hijaukan Semesta, Ambil Berkahnya?

Truk Tangki Dompet Dhuafa mengisi Bak kedua, yang terletak di Desa Papela. Melalui program Air untuk Kehidupan (AUK), Dompet Dhuafa berharap keberkahan terus mengalir dan dirasakan warga Papela, Rote Ndao, NTT. (Foto: Dompet Dhuafa)

Sebagai planet yang dihuni lebih dari jutaan makhluk hidup, sudah menjadi kewajiban kita semua untuk senantiasa bersinergi menjaga ekosistem dan kelestarian terhadap Bumi. Kekhawatiran penghuni bumi semakin terlihat, ketika pemanasan global (global warming) mulai terjadi yang ditandai dari berbagai perubahan iklim maupun bencana alam yang terjadi.

Dampak akibat dari perubahan iklim pun mulai terasa akhir-akhir ini seperti, terjadinya perubahan musim di mana kemarau menjadi lebih panjang, begitu juga dengan musim penghujan hingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan, di berbagai wilayah.

Penyebab kerusakan lingkungan hidup secara umum bisa dikategorikan dalam dua faktor yaitu akibat peristiwa alam dan akibat ulah manusia. Letusan gunung berapi, banjir, abrasi, tanah longsor, angin puting beliung, gempa bumi, dan tsunami merupakan beberapa contoh bencana alam. Bencana-bencana tersebut menjadi penyebab rusaknya lingkungan hidup akibat peristiwa alam. Meskipun jika ditelaah lebih lanjut, bencana seperti banjir, abrasi, kebakaran hutan, dan tanah longsor bisa saja terjadi karena adanya campur tangan manusia juga.

Atas problematika yang terjadi, Dompet Dhuafa sebagai salah satu lembaga zakat yang bergerak lebih dari 20 tahun dalam bidang kemanusiaan, ikut berupaya menangani permasalahan yang terjadi. Melalui Semesta Hijau, Dompet Dhuafa berusaha hadir untuk menjawab persoalan masyarakat, dalam hal ini bergerak berupaya melakukan perbaikan daya dukung lingkungan dan penguatan kapasitas masyarakat terhadap perubahan kondisi lingkungan, termasuk karena adanya perubahan iklim.

Program-program yang ditawarkan Semesta Hijau, memainkan peranan penting dalam membantu memperbaiki kondisi lingkungan. Semesta Hijau dengan tagline “Hijau, Lestari, Menghidupi”, hadir dengan 4 Program Utama. Ke empat program itu adalah Sedekah pohon, Air untuk Kehidupan, Program Pengelolaan Limbah Terpadu dan Energi terbarukan.

Sedekah pohon merupakan program inisiatif Dompet Dhuafa untuk mengajak masyarakat dan penerima manfaat untuk berkontribusi dalam upaya-upaya penghijauan, rehabilitasi lahan kritis dan kelestarian lingkungan. Program ini ditujukan untuk mendorong perbaikan kualitas lingkungan yang sejalan dengan peningkatan taraf hidup masyarakat penerima manfaat.

Salah satu wilayah yang menjadi penerima manfaat program ini adalah Desa Gunung Masigit, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Jenis tanaman yang sedang diberdayakan adalah Pohon Bambu Hitam. Di wilayah tersebut, pengadaan jumlah bibit Pohon Bambu Hitam sebanyak 2778 dan 556 bibit Pohon Bambu Hitam untuk sulaman. Sedekah Pohon di Desa Gunung Masigit ini telah memasuki tahapan ke 3. Kegiatan yang sedang dilaksanakan yaitu penyulaman dan penanaman bibit bambu yang telah berjalan pada Desember lalu.

Program air untuk kehidupan Dompet Dhuafa adalah bantuan untuk masyarakat miskin di wilayah kritis air bersih layak konsumsi berbasis partisipatif masyarakat. Sampai saat ini telah terdapat 32 titik Program Air untuk kehidupan di 34 Provinsi Indonesia. Pengembangan program Air untuk Kehidupan pada tahun 2014 akan diarahkan ke wilayah-wilayah yang termasuk ke dalam peta kekeringan Indonesia.

Di kawasan Timur Indonesia terdapat sebuah Desa yang terletak di Kecamatan Rote Timur Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT). Desa Papela, demikian nama desa yang bertahun-tahun mengalami kekeringan, terdiri dari 441 KK, mempunyai populasi agama Islam terbanyak di wilayah Pulau Rote. 

Karakteristik geografis dengan musim kemarau yang lebih panjang daripada musim hujannya dalam setahun, membuat masyarakat wilayah Rote Ndao sudah terbiasa merasakan kesulitan memperoleh air bersih. Tanah-tanah retak hingga ternak yang kurus itu sudah menjadi pemandangan yang biasa di wilayah Rote Ndao.  

Warga Papela sudah terbiasa berjalan dengan jarak kurang lebih 10 KM. Untuk memenuhi kebutuhan akan air, mereka bergotong royong dengan sesama warga Papela yang mempunyai kendaraan pribadi, dengan sedikit uang yang dibayarkan maka warga Papela harus menghemat air yang telah di perolehnya. Warga Papela membagi jatah air untuk mandi, cuci, air minum dan hewa ternak.

Negeri yang Indah namun terselip cerita yang memilukan dari masyarakat Papela jauh di Ujung Timur Indonesia. Ketika banyak masyarakat perkotaan  melakukan pemborosan terhadap penggunaan air untuk kehidupan sehari-hari, jauh di Indonesia bagian Timur, kekurangan dan kesulitan air menjadikan masyarakat bergotong royong untuk saling memenuhi bak-bak penampungan sementara di tiap-tiap rumahnya. Sulitnya transportasi darat, akses yang cukup jauh serta keterbatasan ekonomi membuat warga Papela mau tidak mau berjalan kaki bahkan membawa dirigen air sejauh kurang lebih 10 KM.

Program “Air Untuk Kehidupan” yang digulirkan oleh Dompet Dhuafa semenjak tahun 2012, merupakan bagian dari program “Semesta Hijau Dompet Dhuafa”, program “Air untuk Kehidupan” bertujuan memberikan kemudahan akses air bersih untuk warga miskin di daerah yang susah mendapatkan air. Pada akhirnya ini bisa meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan membebaskan mereka dari beban komersialisasi air,” ujar Ika Akmala,  Manager Program Semesta Hijau Dompet Dhuafa.

Semoga,  melalui program-program instrumen pemberdayaan tersebut, keberkahan mampu dirasakan oleh jutaan jutaan para pemetik manfaat. Dompet Dhuafa akan terus berusaha mencapai target dalam  pemberdayaan lingkungan, melestarikan lahan-lahan kosong sebagai langkah gerakan penghijauan, penyedian air bersih, pengolahan limbah di perkotaan dan pedesaan di seluruh wilayah Nusantara. (uyang)