Sepak Terjang Driver Barzah

JAKARTA — “Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain, dia tidak mendzaliminya, dan tidak merendahkannya. Barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi hajatnya. Barangsiapa yang menghilangkan satu kesempitan dari kesempitan-kesempitan dunia seorang muslim, maka Allah akan menghilangkan darinya satu kesempitan dari kesempitan-kesempitan hari kiamat. Barangsiapa menutupi kejelekan seorang muslim, maka Allah akan menutupi kejelekannya pada hari kiamat,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadits di atas mungkin tepat untuk menggambarkan sosok Muhidin (30), salah satu driver Barzah Dompet Dhuafa, saat bertugas melayani saudara sesama yang meninggal dunia. Ketika handphone-nya berdering dari koordinator Barzah, berarti tugas kemanusiaan dimulai. Tanpa dikomando, ia menyalakan mobil bergegas ke lokasi jenazah yang akan diantarkan ke rumah duka. Jauh ataupun dekat tidak menjadi masalah, terpenting adalah memenuhi kebutuhan saudara sesama. Hanya niat tulus yang menjadi modal awal untuk mengantarkan jenazah.   

Salah satu kendalanya adalah perjalanan untuk menjangkau lokasi rumah duka. Bahkan keluarga jenazah yang dibawapun tidak tau arahnya. Karena mereka kebanyakan merantau ke Jakarta melalui transportasi umum. Namun uniknya, pria asal Bogor ini menemukan tanda melalui aroma tidak sedap apabila jalan yang dilalui tersesat. Begitupun sebaliknya. “Saya pribadi, kalau sudah mencium aroma bau, ini pasti nyasar. Mungkin ini cara jenazah menunjukkan jalan sama saya, melalui aroma,” ungkapnya.

Selama menjadi driver Barzah, perjalanan terjauhnya yaitu ke Probolinggo dan Pulau Madura. Walaupun menghabiskan waktu sehari semalam, ia tidak merasa lelah. Karena dengan membantu orang lain, berarti membantu diri sendiri. “Alhamdulillah ada keberkahan. Karena banyak membantu orang. Sehingga orang yang kita bantu mendoakan kita juga,” imbunya.

Manfaat yang ia rasakan adalah memperkuat ibadah, jika sebelum menjadi keluarga Barzah Dompet Dhuafa, ibadah adalah nomor terakhir. Namun alhamdulillah saat ini disamping menadapatkan gaji, juga dapat keuntungan ukhrawi. Seperti aktif Sholat Dhuha, Sunnah Muakkad dan sekarang lebih respek ketika ada tetangga meninggal dunia.   

Manfaat yang sangat luar biasa itu tidak hanya dirasakan oleh Muhidin. Co-driver Barzah Dompet Dhuafa, Rasan juga merasakan manfaatnya. “Dari awalnya menjadi tukang sapu di jalan, alhamdulillah sekarang diangkat menjadi co-driver Barzah. Anak-anak bisa sampai lulus pendidikan, sangat membantu sekali untuk keluarga,” paparnya.

Selama di perjalanan, bapak dua anak ini tidak pernah merasakan kendala seperti ban bocor, mesin mati dan lainya. Karena ia merasa tulus membantu saudaranya. Dalam proses pembayarannya juga tidak menggunakan uang cash. Melainkan melalui rekening Barzah yang sudah ditentukan oleh pengurus Barzah.  

Program bantuan Barzah berjalan sejak tahun 2012 tidak hanya menyasar orang miskin saja. Melainkan juga kaum berpunya pun dapat memanfaatkan layanan ini, mulai dari memandikan, mengkafani, menyalatkan hingga pemakaman. Hal ini ia kerjakan lantaran di kawasan perkotaan seperti Jakarta, masih banyak masyarakat yang bingung bagaimana memperlakukan keluarganya yang wafat secara Islami. Namun, jika mereka ingin berinfak melalui Dompet Dhuafa, tentu akan diterima, alias tidak ada tarif. (Dompet Dhuafa/Khoir)