Setiap Anak Istimewa

Oleh : Nurhasanah, S. Pd

Relawan Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa Angkatan 7 Penempatan Pandeglang-Banten

Setiap anak itu adalah titipan dari Sang Pencipta. Seyogyanya kita patut menjaga, merawat, membimbing dan mendidik mereka agar kelak mereka menjadi orang yang layak dan berguna bagi orang lain.

Anak adalah anugerah terindah yang diberikan Allah untuk setiap kita. Setiap dari mereka pasti punya kekurangan dan kelebihan yang sudah diberikan Allah padanya. Sebagai orang tua, sudah sepantasnya kita harus bisa memahami kelebihan apa yang dimiliki anak kita sehingga kita bisa mengembangkan bakat sang anak agar dirinya bisa menjadi orang yang sukses.

Sebaliknya, ketika kita sudah mengetahui kekurangannya, maka sebagai orang tua yang bijak kita juga harus bisa meminimalisasi kekurangannya. Supaya setelah kekurangannya sudah minim, anak tersebut bisa mempertahankan rasa percaya diri.

Kebanyakan orang tua sekarang jarang ada yang bisa mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Karena permasalahannya adalah kesibukan yang dimilki mereka sehingga tak pernah ada waktu untuk bisa berbincang atau berinteraksi dengan anak mereka. Mereka hanya sibuk dengan pekerjaan mereka.

Di wilayah Kabupaten Pandeglang tepatnya di Kecamatan Sindang Resmi, para orang tua sepertinya tidak terlalu mempedulikan anaknya. Mereka sibuk mengurusi urusan mereka. Tiada waktu luang bagi mereka bercengkrama dengan anak-anak. Mereka sehari-hari bekerja sebagai petani dengan berpenghasilan sekitar Rp 500 ribu setiap bulannya.

Setiap pagi mereka harus pergi ke sawah, kemudian pulang sekitar pukul 12.00 WIB. Pulang diwaktu makan siang dan kemudian pergi lagi ke kebun kelapa sawit milik PT. Perkebunan Nasional (PTPN) yang ada di sekitar rumah mereka. Begitulah aktivitas mereka setiap harinya. Tanpa pernah memperhatikan perkembangan anaknya baik disekolah maupun di rumah.

Seperti inikah potret pendidikan di negeri kita. Di satu sekolah di Pandeglang yang menjadi salah satu penempatan relawan Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet Dhuafa, ditemukan banyak anak yang sama sekali tidak bisa membaca. Peristiwa ini ditemukan di kelas tinggi yang mana sekiranya mereka sudah mampu membaca dengan lancar layaknya anak-anak yang ada dikota. Hal ini menjadi amat luar biasa ketika ditemukannya sebuah sekolah dengan siswa dengan level kelas yang tinggi ada yang tidak bisa membaca. Untungnya mereka sudah bisa mengenal huruf. Namun, ketika disuruh menulis mereka belum bisa menulis. Hal yang agak aneh, ketika kita telaah lebih dalam. Ada beberapa keahlian dalam penguasaan bahasa yaitu Mendengarkan, Berbicara, Membaca dan Menulis.

Tetapi itulah hal yang sekiranya kita alami di Penempatan ini. Menjadi hal yang menantang bagi kita untuk bisa mengajari mereka secara ekstra. Dengan berbagai metode dan dilengkapi dengan media agar mereka bisa membaca tulisan dan melafalkannya dengan benar.

Berkali-kali menonton film India bertema edukasi dengan judul “Tare Zaamen Paar” agar bisa mendapatkan ilham dalam mengajarkan anak yang dikenal dengan memiliki penyakit “Dixlesia”. Penyakit ini adalah penyakit dimana dialami oleh seorang anak yang diprediksikan lamban dan bingung dengan huruf-huruf serta angka yang dia pelajari di sekolah. Anak tersebut tidak bodoh maupun malas bahkan nakal di sekolah. Hanya saja mereka sering menggunakan imajinasi mereka dalam belajar. Terkadang mereka bosan dengan pembelajaran di sekolahnya sehingga anak-anak ada yang suka menggambar ataupun menulis sesuatu dibuku mereka. Ada juga yang suka mencoret-coret buku mereka karena mereka suka menggambar hal yang ada di benak mereka.

Seharusnya para orang tua mengetahui hal ini agar mereka bisa membantu anak mereka dalam belajar membaca maupun menulis di rumah. Maka dari itu pentingnya kerja sama antarguru dan orang tua dalam meningkatkan pendidikan bagi anak mereka.