SGI, Menyulam Cita-cita Di Pelosok Negeri

Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani (di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat dan di belakang memberikan daya kekuatan). Inilah pepatah Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional yang menggambarkan tentang sosok seorang guru.

 

BOGOR — Guru, merekalah sosok penyala cita-cita anak negeri. Dengan memberi contoh, memantik semangat dan menyuntikkan optimism tinggi para siswanya, guru menjadi sosok penting pendidikan. Bahkan bagi anak-anak di pelosok negeri, peran guru menjadi penyala cita-cita mereka. Karena harus berjuang ditengah keterbatasan fasilitas dan infrastrukturSekarang, banyak yang tergerak untuk mencerdaskan masyarakat di pelosok dan beranda Indonesia. Ratusan bahkan ribuan relawan, silih berganti menjaga  cita-cita anak-anak pelosok negeri. Salah satunya adalah para relawan Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet Dhuafa. Sejak Oktober 2009, SGI terus menyisir wilayah pelosok, terpencil dan beranda Indonesia, untuk menyulam cita-cita.

“Dari pengabdian ini, saya banyak belajar dan mendapat pengalaman luar biasa, nan penuh warna. Pengalaman belajar bersama anak-anak yang awalnya tidak mengenal belajar dan apa itu sekolah. Pengalaman bermasyarakat dengan orang tua luar biasa yang sebagian besar belum pandai baca tulis. Pengalaman belajar kebersamaan dan gotong-royong. Pengalaman belajar adat dan ciri khas masyarakat yang pemalu dan polos, dengan rasa ingin tahu tentang dunia di luar masyarakatnya. Bersyukur atas kesempatan mengabdi untuk negeri,” tutur Kitty, salah satu relawan pengajar SGI untuk penempatan Kepulauan Meranti, Riau.

Para Relawan yang tergabung dalam SGI Dompet Dhuafa ini terus berjuang memeratakan hak pendidikan. Ya mereka bak pahlawan, tetapi pahlawan tanpa tanda jasa. Saat pahlawan zaman dahulu berjuang memerdekakan bangsa dari serangan penjajah. Kini pahlawan SGI berjuang untuk mencerdaskan bangsa. Tidak meratanya pendidikan, termasuk ketersediaan guru berkualitas, menjadi misi utama perjuangan relawan SGI keseluruh pelosok negeri.

Barisan pahlawan tanpa tanda jasa yang tergabung dalam SGI Dompet Dhuafa adalah guru transformatif yang memiliki input SDM unggul, dengan passion dan visi memajukan pendidikan Indonesia. Untuk menghadirkan insan-insan berkualitas dalam membangun dan mencerdaskan bangsa, SGI menetapkan beberapa tahapan perekrutan, serta pembinaan selama 4,5 bulan di Bumi Pengembangan Insani yang berdiri di atas tanah wakaf kawasan Zona Madina, Bogor, Jawa Barat.

Ketika tahapan selesai, barulah para guru SGI turun ke medan juang. Berperan sebagai guru yang bersahabat dan bersama-sama menggali potensi anak-didiknya. Membangun bangsa yang cerdas dan terdidik. Tentu bukan daerah maju yang ditempati para pahlawan tanpa tanda jasa itu. Melainkan daerah terpencil, dengan segala keterbatasan akses, layanan dan infrastruktur. Dengan tugas mulia tersebut, para guru SGI tak gentar untuk menggali potensi anak-anak cerdas di pelosok negeri.

Menjalani kehidupan dengan segala keterbatasan adalah realita perjuangan guru-guru SGI. Dari daerah minim air bersih hingga pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Namun semua itu menjadi kebahagiaan bagi mereka, para pahlawan tanpa tanda jasa yang mengajarkan untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan-Nya. Terus berjuang kembangkan senyum dan cita-cita di pelosok negeri. Selamat Hari Guru Nasional. Jasamu tak lekang oleh waktu, wahai guru-guruku. (Dompet Dhuafa/Taufan YN)