Silat Sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia, 320 Pesilat Muda Ramaikan Festival Silat Jampang

BOGOR — The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), telah menetapkan bahwa beladiri pencak silat merupakan Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage) Indonesia, pada 12 Desember 2019.

Kampung Wisata Jampang (KSJ) Dompet Dhuafa, wadah silahturahmi para pegiat pencak silat di Indonesia meramaikan acara Festival Silat Jampang. Acara tersebut memasuki tahun yang ke delapan.

“Tahun ini jumlah pesertanya meningkat. Jadi kita memang berharap (banyaknya peserta muda-mudi) ini mampu menjadi pribadi yang berkarakter budi luhur. Tidak lupa untuk berbakti kepada agama, bangsa dan keluarganya,” jelas Herman Budianto, selaku Ketua KSJ Dompet Dhuafa.

Sebanyak 320 peserta dari 22 padepokan se-jabodetabek bertanding dengan memperlihatkan gerak-gerik jurusnya. Para keluarga dan pelatih juga mendampingi para peserta. Bahkan ada yang masih coba mengingat gerakannya. Karena ada tiga hal yang akan menjadi penilaian: wiraga, wirama, dan wirasa. Wiraga, penampilan teknik dengan gerakan yang rapi dan tertib. Wirama, penampilan teknik yang seirama dan serasi. Wirasa, gerak yang tidak saja harus sesuai irama, namun harus dilakukan dengan rasa (jiwa).

Ahmad Shonhaji, selaku Direktur Budaya dan Dakwah Dompet Dhuafa mengatakan bahwa pencak silat juga tidak hanya dinilai dari wirasa, wirama, dan wiraga saja. Namun kekhasan dari gerakannya yang sangat identik sekali dengan budaya-budaya Indonesia.

“Kita tidak hanya ingin menunjukan keindahan gerakannya dan kegagahan dalam silat. Tapi menunjukan lebih jauh sikap dan jati diri sebagai bangsa Indonesia,” jelas Ahmad Shonhaji. (Dompet Dhuafa/Fajar)