JAKARTA — Problematika kemanusiaan masih sering terjadi. Bukan hanya di dunia berkembang, tetapi juga di dunia maju. Indonesia sebagai negara dengan wilayah geografi yang rawan terhadap bencana juga sering berhadapan dengan masalah kemanusiaan. Contoh terbaru, gempa Lombok dan juga gempa Palu. Bencana alam yang terjadi tiba-tiba memiliki konsekuensi masalah kemanusiaan baru di wilayah tersebut. Perlu adanya uluran bantuan dari banyak pihak untuk dapat mengembalikan kondisi kemanusiaan di sana. Keberadaan NGO kemanusian sangatlah krusial dalam hal tersebut.
Keterlibatan NGO Internasional juga sudah banyak yang mengalir ke Palu, Donggal, dan Sigi Sulawesi Tengah. Tercatat oleh BNPB, bantuan internasional berupa plege (dana) telah terkumpul sejumlah Rp. 220 Milliar. Namun sayang, banyak keluhan dari relawan luar negeri yang merasa kebingungan dengan pola regulasi kerelawaanan yang ada di Indonesia. Kabar terbaru adanya relokasi relawan yang berasal dari India, Jepang, dan Prancis.
Oleh Karena itu, Southeast Asia Humanitary Committee (SEAHUM) mengadakan Forum Group Discussion (FGD) #VolunteerTalk dengan tema ‘Why we have to leave?’. Tujuan diadakanya kegiatan tersebut adalah untuk berdiskusi mengenai kondisi dunia kerelawaan di Indonesia dan sekitarnya.
“Kita minta masukan dari masyarakat sipil dan NGO kemanusiaan di Indonesia yang hadir di sini untuk memberi pandangannya,” terang Amin Sudarsono, selaku Kepala Sekretariat SEAHUM saat ditemui setelah acara.
Harapannya, dengan adanya diskusi tersebut, dapat mengumpulkan masukan dan ide untuk dunia kerelawanan yang lebih baik lagi. Terutama di Indonesia dan sekitarnya. Ide-ide tersebut juga akan menjadi masukan untuk diajukan kepada pemerintah.
“Semoga setelah ini ada perbaikan, dan dipermudah untuk bantuan masuk dari relawan, terkhusus di masa tanggap darurat seperti sekarang ini,” tambah Amin. (Dompet Dhuafa/Zul)