Suciah, Tumbuh Bersama Pemberdayaan Dompet Dhuafa

Suciah (64) penerima manfaat Masyarakat Mandiri (MM) Dompet Dhuafa tengah melayani pembeli setianya. (Foto:Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa)

Mentari belum menyingsing, namun denyut kehidupan mulai terasa di Pasar Senggol. Para pedagang mulai menata dagangannya. Semakin menjelang pagi, suasana pasar semakin riuh dengan suara tawar menawar barang. Di ujung pasar tampak lapak sederhana berukuran 2×1,5 meter yang terbuat dari bambu, sedang ramai dikeremuni pembeli. Di spanduk tertulis Warung Bu Suciah Mitra Damping PT Karya Masyarakat Mandiri.

Suciah (64) adalah pemilih lapak tersebut. Ia setiap hari berjualan menu sarapan pagi seperti nasi kuning, gorengan, lontong dan jenis panganan lainnya. Tempat tinggalnya dekat dengan kawasan industri Tanjung Mas, sehingga banyak karyawan kawasan indutri yang berasal dari luar kota kost di kampungnya. Ia melihat itu menjadi sebuah peluang, sehingga ia memutuskan untuk membuka lapak di pinggir jalan.

Ia mengisahkan bahwa awalnya ia memulai usaha bukan karena keinginan ataupun cita-cita. Alasan ekonomi yang membuatnya memantapkan hati untuk memulai usaha.

“Saya memulai usaha setelah kena PHK, itu pun saya tidak langsung berusaha. Tadinya saya ingin ikut kerja cleaning service di pelabuhan tapi anak-anak saya melarang. Sudah istirahat di rumah aja” paparnya.

Karena terbiasa bekerja, dan jika tidak bekerja badan terasa tidak enak kemudian ia memutuskan untuk membuka lapak kecil-kecilan di depan rumahnya. Ia sempat berhenti berjualan karena sakit. Setelah sembuh ia membuka usaha lagi, namun ia heran kenapa sekarang warung jadi sepi. Ternyata ada tetangga yang membuka lapak yang sama dengannya.

“Awalnya saya membuka lapak di depan rumah dengan meja seadanya. Alhamduillah laris banyak yang beli di situ saya mulai serius berjualan” ungkapnya.

Bu Ciah, biasa ia dipangil tidak patah arah. Ia melihat sepetak tanah kosong di pinggir jalan kampung yang ramai di lalui para pekerja dan letaknya dekat dengan pasar.

“Setelah tau ada tetangga yang berjualan juga, saya melihat dipinggir jalan seberang jumlahnya bu Yanti ada sepetak tanah kosong,” akunya.

“Tapi saya sempat ragu barang yang saya jual sama dengan barang dagangan Bu Yanti. Tapi memberanikan diri minta ijin ke Bu yanti. Kata Bu Yanti  ‘nggih monggo mboten nopo-nopo’ dari situ saya mulai dagang di tempat yang sekarang” lanjutnya.

Lapaknya selalu diserbu pelanggan setianya, baik warga setempat maupun para pekerja yang hendak berangkat. Kadang dalam sehari ia bisa mendapatkan omzet 500 ribu dari berjualan nasi kuning yang ia buka mulai pukul 05.30 sampai pukul 08.00.

Sejak adanya  program pemberdayaan Kelompok Pedagang Makanan Sehat (KPMS) di wilayah Tanjung Mas Semarang Utara yang dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa (DD) dan jejaring ekonominya yaitu Masyarakat Mandiri (MM), ia membuka usaha katering. Ia menerima pesanan nasi kuning, hidangan ulang tahun, syukuran dan kue untuk warga yang melaksanakan hajatan.

“Setelah dapat bantuan dari Dompet Dhuafa, saya memberanikan diri membuka katering di rumah di bantu sama anak saya. Jadi kalo pagi buka lapak di pasar sampai jam 8, setelah itu pulang nggak istirahat. Masak lagi buat pesanan katering” ungkapnya.

Usahanya didukung oleh semua anggota keluarga termasuk suaminya. Suami Suciah memutuskan berhenti menjadi tukang becak dan lebih memilih untuk membantu istrinya untuk mengembangkan usaha. Suciah, perempuan ulet di usia yang beranjak senja. Tekad, semangat dan dorongan dari keluarga mengubahnya menjadi perempuan tangguh.

 “Kalo belanja biasa bapaknya yang antar jemput. Suami saya kan pensiunan. Pensiunan tukang becak “ cerita Suciah sambil tertawa.

Keinginannya mengembangkan usaha hampir sirna karena ia kesulitan untuk mendapatkan permodalan. Namun sekarang ia bisa tersenyum dalam bekerja dengan adanya tambahan modal dari Program KPMS. Tidak hanya sekedar modal namun ia juga mendapatkan pelatihan keamanan pangan serta pendampingan rutin.

Semangat tumbuh bersama melatari program-program pemberdayaan untuk mewujudkan kemandirian masyarakat. (Slamet)

 

Editor: Uyang