TANGERANG — Medio 2001 menjadi tahun yang menggembirakan bagi seorang Sugiyatna (47). Awal tahun ia diberikan kesempatan untuk mempersunting istrinya. Sugiyat, begitu ia sering disapa, juga dikaruniai seorang anak di penghujung tahun. Namun 2001 telah berlalu, giliran 2002 menjadi tahun yang kelam bagi seorang Sugiyat. Belum habis Februari, ia yang kala itu merupakan seorang fotografer, harus mengalami kecelakaan fatal. Sebuah mobil menabraknya saat pulang kerja. Naas, tulang belakangnya patah. Sugiyat divonis lumpuh, sekujur tubuhnya tidak bisa Sugiat gerakkan.
“Itu Februari 2002 mas, sepulang kerja, malam-malam ditabrak mobil. Tulang belakang saya patah,” cerita Sugiat.
Berbagai metode pengobatan sudah Sugiat coba. Untungnya, lambat laun kondisi Sugiat kembali membaik. Sugiat sedikit demi sedikit bisa menggerakkan kembali tubuh bagian atasnya. Namun sayang, tubuh bagian bawah tidak bisa dikembalikan fungsinya. Terpaksa, Sugiat menjalani sisa hidupnya di atas kursi roda.
“Alhamdulillah, saya bisa bergerak lagi. Tapi untuk bagian bawah itu sudah tidak bisa. Kalau pakai tongkat, gerak saya kurang cepat, jadi pakai kursi roda saja,” lanjut Sugiat.
Terbiasa sibuk bekerja, Sugiat tidak bisa berbuat apa-apa dengan kondisnya yang tanpa kaki. Lima tahun berjalan, Sugiat terpuruk tanpa pekerjaan. Ia mengannggur dan putus asa dengan kondisinya. Beruntung Sugiat memiliki Istri yang setia menemani dan memotivasi dirinya untuk selalu bangkit. Namun titik tolak kebangkitan Sugiat datang dengan cara yang sederhana, ketika melihat berita di TV.
“Lima tahun saya menganggur mas, tanpa bekerja. Nyaris putus asa saya. Tapi pas lihat ada disabilitas yang bisa berkarya masuk TV, itu jadi motivasi. Saya pasti juga bisa bangkit seperti mereka,” akunya.
Kemudian memasuki 2006, Sugiat memutuskan untuk kembali bekerja, walau banyak yang menolak lamarannya. Beruntung, perusahaannya dulu kembali menerimanya bekerja. Namun sayang, tidak lama ia bekerja, perusahaan tempatnya bekerja bangkrut. Sugiat kembali menganggur.
“Perkembangan teknologi kamera itu cepat mas, saya nganggur lagi deh, hehe,” jelas Sugiat sambil tertawa.
Sepuluh tahun lamanya, cukup lama Sugiat berjibaku dengan status tanpa pekerjaan. Selama itu, Sugiat hanya bisa membantu mengelola toko kelontong milik istrinya. Namun, status pengangguran Sugiat kembali hilang sejak dua bulan lalu. Ketika dirinya memutuskan untuk mengikuti pendidikan pelatihan dari Institut Kemandirian Dompet Dhuafa. Di sana ia belajar mengenai reparasi handphone.
“Alhamdulillah mas, sekarang bisa berkegiatan lagi di Institut Kemandirian. Banyak belajar saya di sini,” tambahnya. (Dompet Dhuafa/Zul)