Siang itu, terlihat seorang perempuan lanjut usia tengah asik menata rengginan yang dikeringkannya di tengah terik sinar matahari. Ya, rengginan tersebut, merupakan usaha rumahan yang tengah dijalani Supatmi. Bagi ibu berusia 62 tahun ini, menjalani usaha produksi rengginan menjadi cara ikhtiarnya selama ini demi membantu perekonomian keluarga.
“Saya belajar membuat rengginan dari ibu saya. Karena kebetulan ibu saya juga membantu saya memproduksi rengginan ini,” ujarnya saat ditemui di kontrakannya yang berada di Gang Nurul Huda 1, Pondok Aren, Tangerang Selatan.
Selain rengginan, beberapa panganan kering lainnya juga mulai diproduksinya seperti, intip, krupuk gendar, dan opak singkong. Dalam setiap harinya, Patmi, demikian sapaan akrabnya sehari-hari ini memproduksi sebanyak 15 bungkus rengginan, dengan harga Rp 7500 per bungkusnya. Setelah diproduksi, biasanya ia mendistribusikan ke beberapa pasar seperti Pasar Maharta Pondok Kacang dan Pasar Ciledug yang berjarak dekat dengan tempat tinggalnya.
Dari penghasilannya memproduksi rengginan, Patmi menuturkan, kehidupan ekonominya mengalami perubahan lebih baik. Penghasilan yang diraihnya kini mampu membantu mencukupi kebutuhan keluarga seperti membayar sewa kontrakan dan memberikan uang saku ketiga cucunya yang masih bersekolah.
“Alhamdulillah paling nggak ada penghasilan sendiri. Saya nggak mau ngerepotin anak-anak saya” paparnya.
Sebelumnya, Patmi mengaku, usaha rumahan yang dijalaninya hampir gulung tikar dikarenakan kesulitan modal usaha. Melihat usaha rumahan yang dijalaninya mulai meredup, ia berupaya keras dalam mewujudkan impiannya dengan berupaya mencari pinjaman modal usaha. Alhamdulillah, Sri, sang anak yang lebih dulu bergabung dengan Social Trust Fund (STF) Dompet menginformasikan kepadanya terkait salah satu program ekonomi yang dijalankan Dompet Dhuafa tersebut, dan menyarankannya untuk bergabung.
“Anak saya bantuin buat daftar STF. Setelah di survey sama tim STF alhamdulillah, modal usaha yang saya ajukan akhirnya disetujui” ujarnya.
STF sendiri merupakan program ekonomi Dompet Dhuafa yang memainkan peran sebagai bank orang miskin. Transaksi dominan yang dikembangkan adalah berbasis kepada akad dana kebajikan (Qardhul Hasan), yakni meminjam dengan pengembalian tanpa tambahan bunga maupun bagi hasil.
Atas informasi dari Sri, Patmi pun bergabung menjadi penerima manfaat STF Dompet Dhuafa wilayah Tangerang Selatan (Tangsel). Pinjaman modal usaha pertama yang ditawarinya sebesar Rp. 750.000, hingga berlanjut ke pinjaman ke 3sebesar Rp 1,25 juta. Modal usaha tersebut, langsung dimanfaatkannya membeli bahan baku untuk membuat rengginan, intip, krupuk gendar, dan opak seperti, beras ketan, beras, dan singkong.
“Alhamdulillah, setiap saya distribusi ke kios-kios dekat pasar selalu terjual laku. Pernah beberapa sisa juga rengginan, tapi nggak banyak. Saya pengennya bisa punya label usaha saya biar bisa diterima di swalayan” ujarnya berharap.
Kegigihan yang ditunjukkan Patmi dalam membantu perekonomian keluarga patut dijadikan ketauladanan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai seorang ibu, ia selalu bersyukur, sabar, dan ikhlas menjalani setiap langkah usahanya demi membahagiakan keluarga tercintanya, terutama ketiga cucunya. Semoga, semua impian yang diharapkan ibu yang murah senyum ini dapat segera terwujud. (uyang)