BANYUMAS, JAWA TENGAH — Di balik senyum polos Pujiatin, tersimpan kisah haru seorang ibu Tati yang rela berkorban untuk dirinya, sang keponakan. Pujiatin, bocah berusia 20 tahun asal Dusun Ciwarak, Desa Karanggintung, Sumbang, Banyumas, harus berjuang melawan hidrosefalus sejak lahir. Penyakit ini membuat kepalanya membesar dan membatasi gerak tubuhnya. Setiap hari, Pujiatin menghabiskan waktu di kursi roda, dari makan hingga saat tidurnya.
Sejak bayi, Pujiatin telah kehilangan kedua orang tuanya. Beruntung, ia memiliki Bu Tati (43), bibinya yang telah menjadi ibu dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Bu Tati menceritakan, “Pujiatin itu nama singkatan, terpuji dan prihatin. Ibunya meninggal saat Puji masih usia 4 bulan, dan di usia 5 tahun, Ayahnya yang meninggal. Dari situ Puji sempat ditaruh di panti asuhan, kemudian sempat jatuh sakit dan hidrosefalus-nya makin akut. Saat usia satu tahun, Puji makin kelihatan sulit berdiri dan berjalan,” ungkapnya.
“Dari panti Puji dirawat bibinya sebentar, terus baru aku yang merawat sejak usia 5 tahunan itu. Ya, sampai sekarang aku urus (anak-anak, Pujiatin dan si Ayah) sendiri. Kan suami sudah pisah, sekarang pendapatanku dari jualan online, reseller baju-baju. Enggak apa-apa, semoga jadi ladang amal ibadah,” aku Bu Tati.
Baca juga: Dompet Dhuafa Gulirkan Bantuan Kursi Roda dan Tongkat Kaki
Ibu Tati merupakan seorang ibu tunggal yang berjuang keras merawat keponakannya yang yatim piatu itu. Setiap hari, ia berjibaku dengan berbagai tantangan untuk memastikan Pujiatin mendapatkan kehidupan yang layak. Selain merawat Pujiatin, ia juga harus merawat ketiga anaknya, beserta si Mbah-Ayah Bu Tati-yang sudah berusia 90 tahun dan juga sakit-sakitan.
Beberapa kendala tak luput dihadapi Tati dalam merawat Pujiatin, namun semangatnya tak pernah padam. Perjuangan Tati dan Pujiatin tak hanya melawan penyakitnya, tetapi juga keterbatasan fasilitas dan dukungan. Pujiatin berjuang melawan hidrosefalus, sebuah kondisi medis yang menyebabkan cairan menumpuk di dalam otak dan menjadi penyakit yang membuat kepalanya membesar dan membuatnya sulit bergerak.
Hidup dengan hidrosefalus tentu bukan perkara mudah. Pujiatin sering merasakan sakit kepala dan kesulitan bergerak. Kursi roda yang selama ini ia gunakan sudah sangat tua dan rusak, sehingga membuatnya sulit beraktivitas. Namun, berkat bantuan dari para donatur Dompet Dhuafa, kini Pujiatin memiliki kursi roda baru yang nyaman dan aman.
Baca juga: Bantuan Panel Surya Menyala di Pedalaman Pulau Timor
“Kalau lagi mengangkat badannya Puji itu berat, saat dia mandi atau buang air, juga khawatir dia jatuh dari kursi roda. Sepanjang hari aktivitasnya ya hanya di kursi roda, sesekali dia bisa jalan sendiri lho, dengan kursi rodanya. Sekarang kursi rodanya sudah oglak-oglak (oleng/kendur), sudah lama, karatan, kulitnya sudah sobek-sobek,” ratap Tati.
Melansir laman resmi Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, salah satu artikelnya menyebut bahwa Hidrosefalus adalah penyakit paling umum yang dirawat oleh ahli bedah saraf pediatrik dan menyumbang sekitar US$ 2 miliar dalam pengeluaran kesehatan di Amerika Serikat setiap tahun. Prevalensi bayi hidrosefalus kira-kira satu kasus per 1000 kelahiran, tapi ini mungkin lebih besar di negara berkembang.
Menyambangi kediaman Tati pada Rabu (14/08/2024), tim Dompet Dhuafa berkesempatan silaturahmi langsung seraya menyampaikan amanah donasi berupa kursi roda dan paket sembako kepada Tati dan Pujiatin. Kehadiran sebuah kursi roda baru yang merupakan bantuan kebaikan dari para donatur Dompet Dhuafa, menjadi berkah tersendiri bagi mereka berdua, menyulut kembali harapan akan hari esok yang lebih baik.
“Senang dan bersyukur ada kursi roda baru, Puji bisa bebas gerak lebih lincah, duduk tidak gatal, dan merasa lebih lega karena tidak perlu khawatir jatuh. Inginnya ada kesembuhan buat Pujiatin, meskipun sulit, tapi saya ingin berjuang untuk yang saya rawat. Semoga jadi ladang amal ibadah,” harap Bu Tati, tulus.
Baca juga: World Hearing Day, Amanah Donatur Dompet Dhuafa Wujudkan Alat Bantu Dengar Anak-anak Purbalingga
Kisah Bu Tati dan Pujiatin mengajarkan kita tentang arti keluarga, kepedulian sesama, dan semangat juang yang tak pernah menyerah. Donasi kursi roda baru bukan hanya sekedar benda, tetapi simbol harapan dan dukungan bagi mereka. Mari kita bersama-sama membantu mereka yang membutuhkan via digital.dompetdhuafa.org/donasi/kursiroda, agar mereka bisa hidup lebih layak dan bermartabat. (Dompet Dhuafa)
Teks dan foto: Dhika Prabowo
Penyunting: Dedi Fadlil