JAKARTA — Semangat untuk berusaha menyejahterakan dan merangkul semua pihak terlibat dalam memberikan kebaikan seperti kepada Nursum Sehe Kapitan di Jailolo Selatan, Halmahera Utara, Maluku Utara. Terus dijaga oleh Dompet Dhuafa selama 26 tahun lamanya. Hal tersebut terbukti melalui “Ngobras: Ngobrol Santai,” yakni kegiatan reguler Dompet Dhuafa yang ditujukan untuk pihak internal atau karyawan dan karyawati Dompet Dhuafa demi menjaga semangat visi-misi Dompet Dhuafa.
Kali ini tema yang dibahas adalah seputar Filantropi. Dengan pemantik diskusi oleh dr. Imam Rulyawan.,MARS, selaku Direktur Utama Dompet Dhuafa Filantropi langsung.
“Hari ini kita bicara value-nya, kita membicarakan ruh-nya. Karena ruh juga harus diwujudkan profesioanl. Bahwa kita benar-benar menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Tidak hanya menjadi wacana saja,” sambutnya di gedung Philantrophy Dompet Dhuafa, Warung Jati Barat, Jakarta Selatan (2/9/2019).
Menurutnya, semangat filantropis sudah dimiliki oleh semua orang. Hanya perlu terus diasah dan dimatangkan dengan serangkaian pengalaman-pengalaman yang memungkinkannya terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan kebaikan.
“Filantropis itu sebuah sifat karakter yang ada di dalam diri kita. Apapun baju kita. Apapun profesi kita. Ia bisa menjadi filantropis. Tidak tersekat. Filantropis itu adalah arrahman-Nya dari Allah SWT,” lanjutya.
Lebih jauh lagi, dengan terlibat dalam kegiatan-kegiatan filantropis, mampu memberikan dampak positif. Selain menambah pahala, juga membantu seseorang untuk memperhalus perasaannya dan menjadi lebih peka. Kemudian juga mampu menolong orang-orang di luar sana yang masih termasuk dhuafa.
“Banyak sekali makna yang bisa dipetik dalam kegiatan filantropis. Saking banyaknya, jadi sulit menguraikannya satu-satu. Salah satu kunci agar terus semangat terlibat dalam bidang ini adalah memiliki rasa senantiasa bersyukur,” tambahnya.
Sebagai penutup, dr. Imam Rulyawan mengingatkan bahwa “sebagaimana yang terdapat dalam buku tentang Jalaludin Rumi: rasa syukur itu anggur jiwa. Pergilah ke sana dan segera kamu bermabuk-mabukan dengan rasa syukur itu. Melihat sosok filantropis yang sudah mendunia, bahwa tidak harus jadi tajir dulu baru menjadi filantropis,” jelasnya. (Dompet Dhuafa/Fajar)