JAKARTA — Tak terasa Iduladha semakin dekat. Hanya terpaut beberapa hari saja, yakni jatuh pada 11 Agustus mendatang. Orang-orang sudah mulai gencar memeriahkan Iduladha. Salah satunya dengan mendonasikan sebagian hartanya untuk membeli hewan kurban. Dompet Dhuafa sendiri sebagai lembaga filantropi islam yang berbasis Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF), melancarkan program Tebar Hewan Kurban (THK) 2019. Program tersebut merupakan implementasi dari semangat untuk berbagi dalam memaknai Iduladha. Sampai sekarang, Dompet Dhuafa berhasil mempersiapkan stok hewan kurban sebanyak 30.000 ekor (setara doka). Hasil tersebut tercapai melalui kerja sama dengan peternak-peternak binaan Dompet Dhuafa yang berjumlah 69 mitra ternak di seluruh Indonesia.
“Total mitra sebanyak 69 entitas. Jadi mitra-mitra kita ini binaan jaringan Dompet Dhuafa. Hubungan yang terjalin antara mitra dengan Dompet Dhuafa bukan lagi hubungan transaksi. Tetapi lebih kepada value dan kepemilikan. Jadi masing-masing sudah merasa menjadi bagian dari Dompet Dhuafa,” ujar Bambang Suherman, selaku Direktur Program Dompet Dhuafa Filantropi.
Nantinya, mitra peternak juga bertanggung jawab untuk menjadi distributor daging-daging kurban. Sehingga hewan kurban yang sudah disembelih, mitra peternak akan membagikannya ke seluruh penerima manfaat.
“Mereka selain sebagai penyedia stok hewan kurban, mereka juga mempuyai kewajiban untuk mendistribusikan. Dalam implementasinya nanti, mereka banyak berkolaborasi dengan pihak-pihak terdekat seperti masjid, pesantren, pemerintah desa dan relawan-relawan lainnya,” papar Udhi Tri Kurniawan, selaku General Manager (GM) Program Ekonomi Dompet Dhuafa Filantropi.
Lebih jauh lagi, Udhi menjelaskan kalau pemilihan mitra berdasarkan tiga hal. Pertama mereka mampu menyediakan stok yang sudah disepakati. Kedua, mampu menjaga kualitas hewan kurban. Ketiga dan yang paling penting, mereka masih berada dalam basis kelompok masyarakat miskin. Harapannya, dari kolaborasi dengan mitra ternak, bisa meningkatkan kualitas hidup mereka sendiri maupun kualitas ternak yang dihasilkan.
Dengan mitra ternak sebanyak itu, nantinya Dompet Dhuafa akan mendistribusikan daging-daging kurban tersebut ke 34 provinsi, dari Aceh sampai Papua. Dengan menyasar 128 kota/kabupaten, 553 kecamatan, 1.456 desa. Pemilihan lokasi atau titik pendistribusian sendiri berlandaskan bahwa di daerah-daerah tersebut kemiskinan masih menjadi masalah utama yang membuat warga sulit memperoleh daging.
“Kalau dalam negeri itu karena alasan kemiskinan. Misalnya beberapa wilayah di Flores itu ada tempat-tempat yang cukup memprihatinkan alias kondisi kemiskinannya cukup parah. Dimana masyarakat tidak bisa berharap mengonsumsi daging. Contoh lain ditemukan juga dalam program Quality Control (QC) lalu di Jailolo Selatan, Halmahera Utara. Di mana seorang nenek Nursum Sehe Kapitan, yang sehari-harinya hanya makan pisang dan ubi. Jarang sekali beliau makan nasi. Apalagi daging. Sekalinya daging, itupun sampai dicampur dengan air,” lanjut Bambang.
Udhi juga menambahkan kalau keberhasilan dalam menyediakan stok hewan kurban ini tidak lepas dari generasi milenial. Menurutnya THK 2019 itu sangat identik dengan milenial. Karena tren hari ini generasi milenial itu punya kecendreungan untuk berbagi. Nah, melalui THK 2019, Dompet Dhuafa memfasilitasi semangat, karakter berbagi yang dimiliki generasi milenial. Bentuk keterlibatannya ialah dalam memastikan kebaikan kurban itu sampai ke orang-orang yang layak menerima. Dompet Dhuafa juga membuka ruang bagi generasi millenial untuk mewujudkan keterlibatan semangat berkurban dengan menjadi bagian dalam proses distribusi daging kurban di dalam negeri. Caranya cukup mudah, yakni hadir di titik lokasi distribusi. Sambil melihat berita terbaru di media sosial Dompet Dhuafa.
Bambang juga menuturkan hal serupa “Kalau target stok yang mencapai 30.000 ekor ini, berhubungan langsung dengan akses informasi yang lebih terbuka. Jadi dulu kita mengelola akses informasi kurban masih sangat terbatas. Karena memang distribusi informasi mempunyai kanal yang terbatas. Namun sekarang informasinya terdistribusi secara masif, basisnya orang per orang. Trus perubahannya detik per detik. Nah inilah yang menciptakan kesadaran lebih cepat terutama di kalangan milenial. Sehingga, mereka mulai itu merasakan ajakan-ajakan atau tarikan untuk terlibat. Terlebih Dompet Dhuafa mempunyai model komunikasi inspiratif. Contohnya tidak hanya membicarakan soal fiqih kurban, tapi bicara juga tentang bagaimana kurban itu bisa membantu orang-orang di sekitar kita. Ditambah dengan banyaknya kanal crowdfunding. Jadi milenial mempunyai kepekaan yang tinggi soal isu-isu sosial. Nah cara ini dibuka oleh Dompet Dhuafa yang melihat pola komunikasi mereka yang dekat dengan cara mereka melakukan transaksi online. Selama ini mereka membeli barang, melalui online. Begitu juga dengan donasi kurban,” tutup Bambang. (Dompet Dhuafa/Fajar)