JAKARTA — Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani (di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat dan di belakang memberikan daya kekuatan). Inilah pepatah Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional yang menggambarkan tentang sosok seorang guru.
Potensi seorang guru sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu Negara. Ketika Jepang nyaris runtuh akibat bom yang meluluh-lantakan Nagasaki dan Hirosima, sosok Kaisar Hirohito bertanya; berapa guru dan pemuda yang masih hidup? Kemudian dia memerintahkan semua guru dan pemuda meniti ilmu di mana saja di dunia ini. Kemudian kembali membangun bangsa mereka. Kenyataannya Jepang kini menjadi Negara yang paling diperhitungkan di Asia.
Tanggal 24 Oktober 2009 menjadi tonggak sejarah lahirnya Sekolah Guru Indonesia (SGI), awalnya bernama Sekolah Guru Ekselensia Indonesia (SGEI) yang diresmikan oleh Bupati Bogor. Kelahiran SGI adalah wujud komitmen Dompet Dhuafa dalam program pemberdayaan dan peningkatan kualitas guru. SGEI merupakan produk inovasi program dari Makmal Pendidikan yang kemudian berekspansi menjadi jejaring divisi pendidikan Dompet Dhuafa yang dinamai Sekolah Guru Indonesia (SGI) pada 08 Februari 2012.
Bertempat di atas tanah wakaf, di kawasan Zona Madina, Parung, Bogor, sejak tahun 2009, Sekolah Guru Indonesia telah membina 6 (enam) angkatan dan menyemai anak-anak muda inspiratif tersebut menjadi Guru di 31 Kabupaten daerah terdepan, terluar dan tertinggal. Saat ini SGI mempunyai kurang lebih 1.000 alumni di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Tujuan utama SGI adalah terciptanya budaya pengembangan SDM & organisasi, terlaksananya kegiatan improvement pembelajaran, pengetahuan dan teknologi, terlaksananya riset, inovasi & pengembangan program, terciptanya guru yang professional, terciptanya guru yang memiliki karakter pendidik, pengajar, & pemimpin, terpublikasikannya Best Practice Program, dan terciptanya jaringan kerja yang aktif & loyal. (Dompet Dhuafa/Khoir)