Turinah (48), Pengrajin Gula Semut di Kulonprogo, Yogyakarta. (Foto: Dompet Dhuafa Jogja)
Siang itu, matahari tak begitu terik ketika tim Dompet Dhuafa Jogja berkunjung ke rumah salah satu penerima manfaat program pemberdayaan di salah satu dusun di Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Ya, dusun Kaliduko 2, Kalirejo, Kokap, Kulonprogo merupakan salah satu wilayah yang asri dan sejuk. Rumah-rumah penduduknya nampak sederhana.
Untuk menempuh perjalanan ke Dusun Kaliduko 2, tim Dompet Dhuafa Jogja cukup dengan berjalan kaki saja, dikarenakan medan lokasi yang tidak memungkinkan untuk dilewati kendaraan roda empat. Namun sepanjang perjalanan, tim juga harus berhati-hati, karena jalan cukup licin, terjal, dan dipenuhi batu-batu kerikil.
Tak terasa, kurang lebih sekitar 30 menit tim berjalan, akhirnya tiba di rumah sederhana Turinah (48) penerima manfaat program pemberdayaan ekonomi Dompet Dhuafa Jogja. Dalam kesehariannya, Turinah (48) merupakan salah satu pengrajin gula semut di Dusun Kali Buko 2, Desa Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo. Bersama suaminya, Tukijo (55), memproduksi gula semut sebagai usaha kecil berbasis rumah tangga.
Setiap pagi, tepatnya selepas subuh, Tukijo mulai memanjat pohon kelapa di sekitar rumahnya untuk menderas nira kelapa. Air sedapan mayang yang diperoleh kemudian diolah Turinah di dapur sederhana rumahnya menjadi gula semut.
“Setiap hari bapak mulai beraktivitas dari subuh sekitar pukul 5. Pukul setengah tujuh, bapak turun dari memanjat pohon kelapa, lanjut saya yang mengolah air sedapan mayang,” tutur Turinah dalam bahasa Jawa.
Turinah menambahkan, dalam sehari rata-rata mereka bisa memproduksi rata-rata 3-4 kilogram (kg). Setelah mencapai sekitar 14 kg yang biasanya didapat dalam tiga hari, Turinah menjualnya secara gelondongan atau curah.
“Proses gula semut yang saya buat rata-rata memerlukan waktu 2 – 3 jam. Jika sudah terkumpul kurang lebih 14 kg saya jual gelondongan dengan harga sekarang Rp 18.500 di koperasi ISM (Ikhtiar Swadaya Mandiri),” jelasnya
Koperasi ISM yang dimaksud Turinah adalah Koperasi bernama Gempita Mandiri. Koperasi tersebut didirikan Dompet Dhuafa selepas program pemberdayaan ekonomi Klaster Mandiri berakhir pada tahun 2011.
Selepas koperasi ISM didirikan, Dompet Dhuafa kembali menggelar program pemberdayaan ekonomi. Kali ini pengrajin gula semut sebagai sasaran program dan Turinah salah satu manfaat program. Gula semut dipilih lantaran ia merupakan produk ekonomi yang potensial di Kecamatan Kokap, Kulonprogo.
Semenjak adanya koperasi ISM dan menjadi penerima manfaat program pemberdayaan Dompet Dhuafa, Turinah mengaku adanya perubahan signifikan dalam kondisi ekonomi keluarganya. Selain mendapatkan dukungan berupa modal uang, ia juga mendapat dukungan peralatan produksi seperti wajam, saringan, dan lain sebagainya.
“Kalau dulu saya ngutang dulu ke pengepul. Sekarang sudah ada ISM, saya gak lagi ngutang. Biaya sekolah anak gak lagi dari hasil ngutang,” ujar ibu tiga anak ini.
Rasa kebersamaan dan pengetahuan baru pun didapat Turinah selama menjadi penerima manfaat. Hal ini lantaran pemberdayaan ekonomi Dompet Dhuafa berbasis komunitas. Ia pun kerap mendapatkan pelatihan guna meningkatkan kapasitas dalam usaha yang ia geluti.
Turinah sangat berharap, usaha produksi gula semut berbasis rumah tangga yang ia geluti bersama sang suami semakin maju. Dengan berbekal pengetahuan dan pelatihan yang ia dapat selama pemberdayaan, ia dan suami semakin giat berusaha.
“Alhamdulillah, usaha produksi gula semut saya dan suami semakin maju setelah dibantu Dompet Dhuafa,”ungkap Turinah.
Belajar dari semangat Turinah dan suaminya. Hidup dalam kesederhanaan di daerah yang jauh dari keramaian kota, tak pernah meredupkan gelora semangat dalam diri mereka untuk terus maju dan berkarya. (Dompet Dhuafa Jogja/hmd)
Editor: Uyang