JAKARTA — Wakaf sering diidentikkan dengan pembangunan masjid atau hanya pembangunan pesantren. Padahal potensi besar wakaf menjadi solusi pemerataan kesejahteraan. Salah satu tokoh yang mengamini hal hal tersebut adalah Mohammad Eskandar Shah, dari INCEIF Malaysia. Menjadi salah satu pemateri di Indonesia Wakaf Summit 2019, Eskandar begitu ia disapa memaparkan optimisme Indonesia dalam mengelola wakaf.
Bagi Eskandar, wakaf dinilai menjadi sarana banyak orang memperbaiki status sosialnya. Ia memberikan contoh seperti pembangunan sekolah yang memberikan kesempatan pendidikan bagi banyak orang. Kemudian wakaf bisnis dapat membuat orang menjadi enterpreneur.
“Dengan wakaf, seseorang dapat melakukan mobilitas sosial. Wakaf adalah empowering people. Bisa melalui pendidikan atau melalui enterpreneur semisal,” terang profesor lulusan Islamic University of Malaysia tersebut.
Eskandar juga merasa Indonesia dapat menjadi contoh bagi banyak negara dalam hal penerapan wakaf yang dinilainya Inovatif. Pengertian inovatif yang dimaksud ialah menerapkan wakaf dengan sistem finance modern. Dimana hal tersebut belum diterapkan di banyak negara lain.
“Saya kira wakaf sangat penting. Indonesia sangat bagus untuk diambil contoh kasus. Karena berhasil mengolaborasikan finance modern dengan wakaf, Indonesia lebih inovatif dalam hal wakaf menurut saya,” terang Eskandar.
Sistem finance modern yang dinilainya pro hanya terhadap orang kaya. Dengan wakaf, kesempatan tersebut dapat dinikmati siapapun. Hal tersebut yang membuat Eskandar kagum terhadap pengelolaan wakaf di Indonesia, termasuk diantaranya adalah Dompet Dhuafa.
“Dengan sistem finance modern sekarang, yang banyak diuntungkan hanyalah orang-orang yang memiliki banyak uang. Melalui wakaf, finance dapat dinikmati siapapun,” jelasnya. (Dompet Dhuafa/Zul)