BANDUNG — Bertempat di Lo.Ka.Si Co-Working Space Dago, Kota Bandung, Dompet Dhuafa Advokasi dan Aliansi Strategis mengadakan talkshow dengan konsep bincang santai bertajuk ‘Yo Meet Up!: Women in Peace Building, Innovation for Change’ pada Rabu (24/4/2019). Kali ini, Yo Meet Up! digelar sebagai rangkaian ‘Youth For Peace 2019’, dan untuk melanjutkan gelaran ‘Youth For Peace’ yang terlaksana pada 2018 lalu di Yogyakarta.
“Selain bertujuan untuk meningkatkan peran perempuan dalam berinovasi dan menciptakan perubahan perdamaian, juga menjaring pemuda untuk menjadi bagian dari agen perdamaian Youth For Peace Union,” ujar Haryo Mojopahit, General Manager Advokasi dan Aliansi Strategis Dompet Dhuafa Filantropi.
Dipandu oleh moderator, Vera dari Play99ers Bandung, Yo Meet Up! dimulai sejak pukul 09.00-12.00 WIB dengan diskusi Sesi Pertama diisi oleh Rezzy Nizawati (Diplomat Kemenlu Indonesia) dan Kapten Caj. (K) S. M. Mega Aryanti (Perwakilan Pasukan Perdamaian PBB). Membahas tentang peran perempuan Indonesia yang membangun perdamaian di luar negeri bahkan daerah konflik.
“Bertugas di beberapa negara memang tidak saya duga sebelumnya. Apalagi negara konflik, bagi saya itu reward khusus. Saya tetap ingin bekerja dengan kemampuan yang saya miliki, salah satunya bahasa Prancis, dan mengantarkan saya menjadi Diplomat. Walaupun basic pendidikan saya bukan dari Hubungan International,” jelas Rezzy.
Rezzy juga berbagi cerita tentang kontribusi perempuan dalam pekerjaannya. Bahwa keunggulan wanita dalam hal presenting, protecting, juga negotiating, adalah penting. Karena wanita bisa lebih berekspresi dan professional dalam karir.
“Salah satu kemampuan tersebut dapat menjadi inovasi dalam negosiasi dan penggodogan keputusan yang lebih matang dari rasa seorang perempuan dalam berdiplomasi,” papar Rezzy.
Ia membuka pandangan makna Youth For Peace dan peran wanita dalam membangun kedamaian. Rezzy mengatakan, “Saya sempat terpikir untuk tidak melanjutkannya. Namun saya ingat komitmen kenapa saya ingin memulai”.
Berbeda dengan Kapten Mega, yang membangun perdamaian dari segi militer. Ia bersyukur dan beruntung lahir dan tinggal di Indonesia. Pasalnya ia merasa sebagai perempuan Indonesia dengan budaya timur, terasa sangat dihargai dari segi tanggung jawab pekerjaannya. Ia juga senang melalui pekerjaan itu, ia dapat membantu orang di negara lain.
“Dikirim di wilayah perbatasan sangat berbeda. Konflik tidak terlihat, namun bisa kapan saja terjadi. Bahkan penyulut kecil seperti melempar batu, dapat memancing sebuah tank keluar dari kandangnya,” terang Kapten Mega.
Turut membersamai, Mursida Rambe (Founder BMT Beringharjo) dan Laurentia Mellynda (Head of Business Development NamWest), yang mengisi Sesi Kedua pada pukul 13.00-15.00 WIB. Sore itu, Mursida dan Lauren, menunjukan perempuan yang berinovasi pada pemberdayaan ekonomi untuk para pedagang pasar Beringharjo Yogyakarta dan hasil tani untuk system penjualan bisnis model start up. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)