Zakat : Solusi Permasalahan Kemiskinan dan Lingkungan

JAKARTA — Permasalahan mengenai kemiskinan dan kerusakan lingkungan merupakan aspek yang membutuhkan sorotan. Begitu pula di Indonesia. Kedua hal ini perlu mendapatkan sorotan khusus, mengingat Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai permasalahan.

Berdasarkan data terkini yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Bulan September 2015, terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin di Indonesia dari Bulan September 2014 hingga Maret 2015. Pada Bulan September 2014 tercatat ada 27,73 juta jiwa yang tergolong dalam masyarakat miskin. Sedangkan pada Bulan Maret 2015, terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin sebesar 860.000 jiwa. Sehingga jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 28,59 juta jiwa.

Kepala BPS Suryamin mengungkapkan bahwa indeks keparahan kemiskinan pada Bulan Maret 2015, meningkat dibandingkan dengan Bulan Maret 2012, Maret 2013, dan Maret 2015. Hal ini tentu menjadi masalah yang perlu mendapatkan perhatian khusus.

Selain masalah kemiskinan, masalah kerusakan lingkungan hidup juga perlu disimak lebih lanjut. Indonesia termasuk ke dalam negara yang memiliki kerusakan lingkungan terbesar. Menurut Global Forest Watch, Indonesia telah kehilangan 40% hutannya selama 50 tahun terakhir. Hilangnya lahan hutan disebabkan karena berbagai alih fungsi seperti pengembangan wilayah, illegal loging, kebakaran hutan, dan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi seperti pertanian dapat menimbulkan masalah bagi konservasi tanah akibat penggunaan pupuk dan sebagainya.

Kedua masalah tersebut memang terlihat pelik dan rumit untuk diselesaikan. Namun bukan berarti tidak ada harapan. Salah satu solusi yang dapat dilakukan ialah dengan optimalisasi zakat. Mengingat bahwa potensi zakat yang ada di negeri ini cukup besar. Maka bukan tidak mungkin jika zakat dapat membantu menyelesaikan masalah ini.

Terlebih lagi, potensi zakat di Indonesia dapat terkumpul hingga mencapai Rp 200 triliun setiap tahunnya. Sayangnya, potensi yang besar ini belum tergali secara maksimal. Padahal, dengan tergalinya potensi zakat secara maksimal dan didayagunakan dengan tepat, maka akan membawa manfaat yang besar pula. Seperti contohnya dalam menyelesaikan kedua masalah tersebut, Dompet Dhuafa, sebagai lembaga non-profit yang mengelola hasil dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf, memberikan bukti nyata dapat mengatasi kemiskinan dan lingkungan.

Contoh nyata yang dapat diberikan diantaranya ialah dengan program Pertanian Sehat Indonesia (PSI). Program dari Dompet Dhuafa terebut merupakan upaya untuk meningkatkan ekonomi berbasis pertanian. Kegiatan yang dilakukan oleh PSI melangkah degan memberdayakan petani miskin agar dapat meningkatkan ekonomi yang seiring sejalan bersama pelestarian lingkungan.

Adapun program pemberdayaan petani yang dilakukan oleh PSI fokus pada penguatan kapasitas Sumber Daya Manusia (petani). Untuk lebih mendukung kegiatan ekonomi para petani, dibentuk kelembagaan petani dan pengembangan kapasitas sumberdaya pemodalan yang sifatnya pembiayaan. Selain itu, para petani juga akan dikenalkan terhadap teknologi pertanian yang tidak merusak lingkungan. Tidak hanya disitu saja, para petani ini kemudian akan mengadopsi pula teknologi pertanian tersebut. Seperti halnya dengan penggunaan pupuk biopestisida (pengendali hama tanaman) berbahan aktif virus serangga NPV (Nuclear Polyhedrosis Virus) yang ramah lingkungan.

Artinya, apabila terdapat kesadaran penuh dari seluruh umat muslim di Indonesia mengenai manfaat dan fungsi zakat, maka potensi zakat yang besar ini akan dapat tergali dan digunakan secara optimal. Zakat dapat digunakan untuk berbagai hal yang bermanfaat. Karena pada dasarnya, zakat merupakan sarana yang dapat digunakan untuk membangun dan memberdayakan sesama, serta dapat pula menjaga lingkungan.Sehingga semua dapat berperan dalam membentang kebaikan. (Dompet Dhuafa/Diba Amalia)