Kolaborasi Dompet Dhuafa, UNHCR, ILO, dan Atma Jaya Lahirkan Wirausahawan dari Kalangan Pengungsi

JAKARTA — “Saya dari Somalia, di negara saya penuh dengan perang, ayah saya terbunuh. Empat tahun lalu, saya putuskan untuk pergi ke Indonesia. Di sini orang-orang sangat baik dan terbuka. Hanya saja saya tidak bisa bekerja di sini, jadi saya kesulitan mendapatkan penghasilan,” terang Zakaria (28), salah satu pengungsi asal Somalia.

Bukan hanya Zakaria, masih banyak pengungsi yang bernasib sama dengannya di Indonesia. Pada 2017 saja, ada sekitar 14.000 pengungsi lintas negara di Indonesia. Kebanyakan berasal dari negara konflik seperti Somalia, Afganistan, dan lain sebagainya. Kebijakan internasional mengharuskan mereka memiliki beberapa keterbatasan, salah satunya tidak adanya akses mendapatkan pekerjaan.

September lalu, Dompet Dhuafa bekerjasama dengan UNHCR, ILO, dan Universitas Atma Jaya, menyelenggarakan progam pelatihan wirausaha kepada pemuda dan pengungsi di Indonesia. Progam tersebut melatih para pengungsi dan pemuda Indonesia untuk menjadi wirausaha muda. Selain melatih peserta untuk berwirausaha, progam tersebut juga menjadi ajang mendekatkan pemuda lokal dengan pemuda pengungsi dari banyak negara. Dengan begitu, mereka dapat bertukar ilmu dan nilai budaya setempat.

Emam bulan sudah, puluhan peserta Training Progam of Indonesian Enterpreneurs and Refugees berhasil diwisuda di Jakarta, pada Kamis (14/2). Bertempat di Aula Umar Usman, Jatipadang, Jakarta Selatan, peserta wisuda yang terdiri dari pengusaha muda dan pengungsi muda tersebut, mendaptkan sertifikat setelah mengikuti pelatihan wirausaha selama enam bulan.

Progam pelatihan wirausaha tersebut menjadi harapan bagi peserta yang kebanyakan adalah pengungsi muda dari berbagai negara. Mereka berharap progam tersebut dapat membantu mereka mandiri. Mengingat mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan di Indonesia.

“Alhamdulillah, saya mendapatkan kesempatan untuk ikut dalam progam tersebut. Saya dapat banyak sekali ilmu. Setelah ini, saya ingin membuka usaha sendiri,” tambah Zakaria.

Dengan selesainya progam, diharapkan akan adanya keserasian antara masyarakat lokal dan pengungsi dalam hal pengentasan kemiskinan. Selain itu juga menjadi jalinan kerja sama keduanya untuk membangun bisnis bersama.

“Mereka (pengungsi) memiliki potensi yang besar, mereka datang dengan banyak ketrampilan, dan progam ini membantu mereka mempraktekanya. Mereka memiliki talenta dan keterampilan, serta banyak hal yang perlu dipertukarkan dengan masyarakat setempat. Jadi, program tersebut menyatukan mereka untuk mengetahui apa itu bisnis, dan mudah-mudahan bisa memulai bisnis untuk ide apa pun yang mereka miliki,” terang Thomas Vargas, Representative UNHCR Indonesia. (Dompet Dhuafa/Zul)