Borong Jajanan Lekker Untuk Dibagikan Kepada Pejuang Jalanan

TANGERANG SELATAN — Aksi kebaikan Borong Dagangan pedagang kaki lima lagi-lagi kembali bergulir. Program Borong Dagangan kali ini merupakan inisiasi khusus dari Dompet Dhuafa bersama para donaturnya. Antusiasme para donatur pun begitu tinggi. Alhasil, pada aksi mulia ini, Dompet Dhuafa berhasil memborong 70 dagangan milik para pelaku UMKM yang mangkal di sekitar kawasan Jabodetabek.

Berbagai jenis dagangan kaki lima dijumpai oleh tim Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa. Salah satu sasaran sebagai penerima manfaat program ini adalah sepasang suami istri, pedagang jajanan anak lekker atau crepe di depan SDN Kedaung, Pamulang, Tangerang Selatan.

Beberapa hari sebelumnya, salah satu tim LPM, Adit, telah memantau dagangan dengan gerobak kecil ini. Buka sedari siang hingga tengah malam, terlihat sangat jarang pembeli yang hinggap. Padahal, lokasi tersebut merupakan lokasi yang sangat ramai dilalui para pengguna jalan. Begitu pun sore hari itu, Kamis (9/12/2021). Bersama Dewi, salah satu tim Dompet Dhuafa lainnya, Adit mencoba memesan puluhan bungkus kue lekker. Seketika raut muka pasangan penjual kue ini menyodorkan senyuman lebar. Tak disangkanya, yang biasa orang membeli hanya satu atau dua lembar lekker saja, secara mengejutkan ada yang membeli dengan jumlah banyak.

Tidak sampai di situ, sang istri, Rinda (30), kembali terkejut dengan jumlah uang yang dibayarkan oleh Adit, ternyata melebihi harga yang dipesan. Agak ragu mulanya Rinda menerimanya, namun Adit dan Dewi mencoba menjelaskan bahwa ini adalah salah satu program para donatur Dompet Dhuafa untuk membantu para pelaku UMKM menaikkan omsetnya dengan memborong dagangan. Rinda akhirnya paham serta selanjutnya mengucapkan terima kasih kepada segenap donatur yang telah terlibat dalam program ini.

Sembari masih menyiapkan puluhan lekker yang belum selesai, Rinda bercerita kisah perjuangannya bersama sang suami selama pandemi. Rinda dulunya adalah seorang karyawan penyaji makanan. Dilanda pandemi, ia terpaksa harus keluar dari pekerjaannya. Begitu juga sang suami yang harus berhenti dari pekerjaannya sebagai koki. Keputusan berdua berhenti dari pekerjaannya juga karena ingin menemani ayah Rinda yang sedang sakit.

“Waktu itu ayah lagi sakit juga, jadi saya berhenti bekerja kemudian bikin usaha sendiri saja supaya bisa lebih banyak waktu sama ayah. Positifnya di akhir-akhir waktu ayah, saya dapat banyak waktu bersamanya,” ucap Rinda.

Selama beberapa bulan, Rinda dan suami membuka lapak lekker di kawasan stasiun. Harapnya dengan membuka di kawasan stasiun, dagangan Rinda didatangi banyak pelanggan. Namun, nyatanya tak sesuai yang diinginkan. Justru karena stasiun menjadi kawasan yang harus ditutup operasinya oleh pemerintah, jualan Rinda sangat sepi. Rinda kemudian memutuskan pindah lapak di samping jalan ramai yang ditempatinya saat ini.

“Kalau di sini mending, mas. Ramai anak-anak juga. Jadi ada aja yang pelanggan yang datang,” lanjutnya.

Panjang lebar bercerita, akhirnya lekker-lekker pesanan Adit telah selesai dihidangkan. Adit kemudian mengambil dan membawanya untuk dibagikan kepada para pejuang jalanan lainnya, tak terkecuali anak-anak kecil yang sudah harus mencari hidup di jalanan. (Dompet Dhuafa / Muthohar)