Selamat Jalan Bu Endang

Dua hari lalu, tepatnya Rabu (2/5), Menteri Kesehatan Nonaktif, Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih dipanggil menghadap Sang Khaliq, Allah SWT. Ia menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo setelah 1,5 tahun berjuang melawan penyakit kanker paru.

Meski sempat diwarnai kontroversi ketika ia ditunjuk sebagai Menteri Kesehatan 2009 lalu, Ibu Endang telah menunjukkan kepada kita arti kegigihan dan amanah. Di tengah perjuangannya melawan penyakit yang sangat kronis, ia tetap berjuang mengemban tugas untuk membangun kesehatan bangsa. Bangsa ini tentu merasa sangat kehilangan salah satu srikandi terbaiknya.

Meski hanya menjabat 2,5 tahun, banyak sudah capaian yang ia torehkan bagi dunia kesehatan di Indonesia. Di masa Endanglah program Jaminan Persalinan (Jampersal) digulirkan. Dengan program ini, para ibu yang berasal dari keluarga tidak mampu tidak perlu merogoh koceknya untuk biaya persalinan.

Di masa beliau pula kewajiban pemberian ASI eksklusif dikuatkan dalam Peraturan Pemerintah. Ia juga melarang iklan dan tenaga medis menyebarkan pemberian susu formula, serta mewajibkan perkantoran untuk menyediakan ruang menyusui.

Hal ini selaras dengan apa yang selama ini teman-teman di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa perjuangkan, bahwa bayi yang baru lahir hingga usia enam bulan harus diberi ASI secara eksklusif. Semangat yang sama juga ditunjukkan Ibu Endang untuk memberikan akses kesehatan bagi siapapun. Hal ini ditunjukkan dengan inisiatifnya mendirikan Rumah Sakit Pratama, rumah sakit tanpa kelas untuk melayani masyarakat peserta Jamkesmas dan BPJS.

Jauh sebelum itu, Ibu Endang juga telah mengabdikan hidupnya untuk dunia kesehatan Indonesia. Beliau pernah menjadi dokter di daerah terpencil di kawasan timur Indonesia, Nusa Tenggara Timur. Beliau juga kerap kali terjun ke lokalisasi Kramat Tunggak untuk mengadvokasi kesehatan para pekerja seks komersil di kawasan itu. Selain itu, berkat usahanya juga anggota Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyepakati resolusi virus sharing dalam sidang WHO yang berlangsung 16 Mei 2011.

Dompet Dhuafa juga memiliki kesan tersendiri dengan Doktor lulusan Harvard School of Public Health ini. Satu bulan lalu, tepatnya 1 April 2012, LKC ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan menjadi penyelenggara event akbar Hari TB Sedunia di Jakarta. Ibu Endang juga sangat mendukung keberadaan Rumah Sehat Terpadu (RST), rumah sakit gratis untuk dhuafa yang dibangun Dompet Dhuafa. Bulan lalu Dompet Dhuafa telah mengajukan surat audiensi kepada beliau, dan mengundangnya dalam peresmian RST Juli mendatang. Namun, kehendak Allah berkata lain, ia lebih dahulu diundang oleh Allah SWT.

Keluarga besar Dompet Dhuafa menyampaikan belasungkawa dan duka sedalam-dalamnya atas wafatnya Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih. Semoga segala karya baktinya bagi kesehatan di Tanah Air mendapat balasan pahala dari Allah SWT.

Selamat Jalan Bu Endang!