Kisah Korban Jadi Relawan: Pekerja Bangunan Abdikan Diri Bangun Pengungsian

CIANJUR, JAWA BARAT — Gempa bumi berkekuatan 5,6 SR yang melanda Kabupaten Cianjur mengisahkan banyak hal memilukan. Kejadian pilu akibat gempa ini dialami oleh salah satunya yaitu Ahmad Nur Jailani, seorang pekerja buruh bangunan di Desa Benjot. Saat itu (Senin, 21/11/2022, 13.21 WIB) ia sedang mengerjakan sebuah projek rumah di desa sebelah. Naas terjadi, dia yang sedang jongkok di atas steger seketika loncat turun. Ia menyadari gempa terjadi usai tubuhnya terguncang hingga kepalanya terbentur tembok yang sedang dibangunnya.

Ia segera mencari pohon untuk dasar pegangan, namun masih jauh dari jangkauan. Maka ia putuskan untuk berlindung di samping tong berisi air penuh, khawatir mana kala bangunan akan runtuh. Diakuinya, guncangan yang ia rasakan begitu kuat dan dahsyat. Beberapa detik berlangsung, gempa itu meruntuhkan bangunan-bangunan di sekelilingnya, termasuk rumah yang belum selesai ia bangun.

Gempa berhenti, pekerja 50 tahun itu langsung bergegas pulang menuju rumahnya di Jl. Awi Larangan Kidul, Desa Benjot, Kec Cugeunang. Hal pertama yang ada di benaknya adalah keselamatan sang istri dan kelima anaknya. Pasalnya, bangunan kokoh yang sedang ia bangun saja bisa runtuh, apa lagi dengan rumahnya yang terbangun secara sederhana. Dari 5 projek rumah yang sedang ia bangun, 3 di antaranya rusak parah, sedangkan 2 lainnya rusak sedang.

Tepat di depan rumahnya yang hancur, Ahmad sedang mendirikan tenda untuk menyimpan barang-barang bantuan dan yang bisa diselamatkan.
Nampak tenda berukuran 2 x 3 meter dan bekas rumah Ahmad yang sudah tak berbentuk.

Sepanjang jalan ia menuju ke rumah, ia melihat pemandangan yang begitu mengerikan. Di sebelah kanan maupun kiri jalan, yang ia temui rumah-rumah yang sudah hancur. Tangisan-tangisan orang yang kehilangan keluarga mulai satu per satu ia dengar. Benar saja, rumah sederhana berukuran 12 x 9 meter yang ia tinggali sejak 6 (enam) tahun silam tersebut telah luluh lantah. Tak ada barang yang selamat melainkan istri dan anak-anaknya. Mereka dengan sangat bugar menyambutnya setiba di rumah. Meski begitu, hati pria itu begitu senang melihat keluarganya masih utuh.

“Pikiran saya saat itu cuma bagaimana keadaan istri dan anak-anak. Alhamdulillah, senang sekali rasanya melihat mereka selamat,” ucap Ahmad kepada tim Dompet Dhuafa saat ditemui sedang mendirikan tenda kecil di depan puing-puing rumahnya, Kamis (24/11/2022).

Keahliannya sebagai pekerja bangunan, dimanfaatkannya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Sore harinya, dengan bahan-bahan yang ada, ia membantu mendirikan tenda-tenda untuk bernaung sementara bagi warga di sekitarnya, terutama yang mengalami luka-luka akibat terkena reruntuhan gempa.

“Awalnya saya bikin tenda untuk saya dan keluarga. Tapi kemudian ternyata banyak orang-orang yang terluka yang lebih membutuhkan. Jadi saya relakan untuk mereka pakai terlebih dulu,” ucapnya.

Tepat di depan rumahnya yang hancur, Ahmad sedang mendirikan tenda untuk menyimpan barang-barang bantuan dan yang bisa diselamatkan.
Kondisi bagian dalam rumah Ahmad yang begitu mengenaskan.

Ada setidaknya 4 (empat) tenda yang ia bantu dirikan untuk warga-warga sekitar. Hingga yang terakhir adalah tenda yang terletak di kawasan Pondok Pesantren Al-Humaediyya (depan rumah Ahmad) yang kini ditinggali juga oleh keluarganya. Tenda pengungsian ini bersebelahan dengan tenda Dapur Umum yang didirikan oleh Dompet Dhuafa.

Barulah pada hari keempat bencana, Ahmad mendirikan tendanya sendiri untuk menyimpan barang-barang yang sudah mulai bisa diselamatkan. Jiwa kerelawanannya juga ternyata tertanam pada diri sang istri. Di samping si suami membantu dengan kerelaan hati mendirikan tenda-tenda pengungsian, sang istri mengabdikan diri untuk sepenuh hati menjadi relawan Dapur Umum Dompet Dhuafa.

Ya, istri Ahmad adalah Cucu Nur Jannah, yang telah diceritakan lebih dulu oleh penulis pada tulisan sebelumnya.

Baca Juga: Kisah Korban Jadi Relawan: Wanita Pedagang Seblak Abdikan Diri Jadi Tukang Masak

Tepat di depan rumahnya yang hancur, Ahmad sedang mendirikan tenda untuk menyimpan barang-barang bantuan dan yang bisa diselamatkan.
Tenda yang ditempati Ahmad dan keluarga untuk mengungsi.

Pasangan suami istri ini memiliki hati yang begitu mulia untuk membantu sesama. Meski rumahnya sedikit lagi akan rata dengan tanah, namun ia tak segan untuk menolong mereka yang juga sedang membutuhkan. Padahal, rumah yang ambruk itu memiliki cerita perjuangan yang luar bagi keluarga kecil ini.

Ahmad mencoba mengenang, “Rumah ini dulu saya kerjakan sendiri sedikit demi sedikit. Kadang kalau punya uang lebih saya ajak teman untuk bantu. Biasanya saya kerjakan malam. Karena kalau siang saya kerjakan rumah orang. Sering saya ajak anak yang paling tua (lak-laki). Kadang anak yang kedua (perempuan) juga saya ajak ikut bantu. Kalau dikenang ya, wah, sedih ingatnya a’“. (Dompet Dhuafa / Muthohar)