20 Tahun Jadi Penjaga Palang Perlintasan Kereta, Mulyadi Senang Kini Banyak yang Menghargainya

YOGYAKARTA — Jalur perlintasan langsung (JPL) kereta di Yogyakarta Nomor 737 KM 541 selalu saja ramai. Di bulan Ramadan, kepadatan para pelitas di sana bertambah tinggi. Apalagi jam-jam menjelang buka puasa. Siang itu, Selasa (5/42022), di depan pos penjagaan JPL 737, seorang laki-laki berdiri tegap mlambaikan tangannya ke arah kereta yang sedang melintas. Badannya yang semula menghadap kepala kereta, berputar sedikit ke kiri menjadikannya kini menghadap bagian gerbong tengah kereta.

“Tettttttt!” klakson kereta menderu dari sang masinis seraya mengucap terima kasih kepada Mulyadi (48), penjaga JPL 737 yang saat itu bertugass. Keseharian seperti ini telah dijalankan Mulyadi selama 20 tahun. Mulyadi bersama rekan-rekan lainnya secara bergantian melakukan itu setiap delapan. Di kawasan ini, memang lah selalu ramai orang menyeberang.

Menurut Mulyadi, saat Ramadan memang semakin ramau orang menyebrang. Khususnya saat menjelang berbuka. “Saya yang paling lama di sini, sudah 20 tahun lebih mas. Kami kerja sesuai dengan jam kerja yaitu 8 jam, tapi gantian. Kan harus dijaga selama 24 jam. Kadang dapat bagian malam kadang siang. Sekarang seluruh petugas di sini sudah lulus sertifikasi menjadi penjaga pos pelintasan kereta,” ujar pria 3 anak tersebut.

Mulyadi menceritakan, banyak suka dan duka yang dirasakan selama 20 tahun bertugas menjaga palang lintasan kereta. Ia merasa kini jauh lebih baik dibanding 20 tahun lalu saat masa-masa dirinya mulai bekerja. Perhatian serta penghargaan dari KAI kepada penjaga pintu perlintasan kereta sudah sangat baik. Jika dulu dipandang sebelah mata, sekarang sebagai karyawan penjaga palang lintasan kereta memiliki hak dan kesejahteraan lebih baik.

Tugas Mulyadi dan rekan-rekannya tidak berhenti sampai menutup palang pintu perlintasan kereta. Ia tetap harus mengontrol apakah ada kendaraan yang berada di bawah palang dan berpotensi terimpit palang. Setelah palang tertutup sempurna, ia tetap berdiri di luar pos untuk menyambut kedatangan kereta. Selain itu, ia berjaga untuk memastikan tidak ada kendaraan yang menerobos masuk palang pintu perlintasan kereta.

Hal yang ia sayangkan adalah ketika ada orang-orang yang masih saja bandel melintasi rel saat kereta sudah mendekat. Saat itu ia merasa sangat jengkel. Kadang ia harus teriak-teriak bahkan lari untuk menghampiri orang-orang seperti ini. Meski saat itu beberapa orang menganggapnya galak, namun banyak orang justru mengapresiasi karena ketegasannya dalam melakukan tugas.

“Suka kesal sama orang yang bendel. Sudah diperingati kereta mau lewat tapi masih saja nerobos. Tapi selalu tegas dan kadang saya harus teriak-teriak. Alhamdulillah selama saya jaga tidak ada kejadian yang serius. Tapi memang pernah ada yang kesenggol tapi tidak jauh, hanya kaget kemudian jatuh,” ceritanya.

Ia kemudian menjelaskan, ketika ada orang yang bandel dan posisi orang itu lebih dari 100 meter, maka ia akan biarkan. “Karena sudah tidak mungkin dijangkau,” katanya. “Paling saya teriakin saja. Kurang dari 100 meter, saya masih bisa lari kemudian saya tarik”.

 

“Pernah suatu malam. Saat itu saya shift malam. Sudah saya teriakin untuk minggir tapi masih saja nengah. Langsung saya tarik tangannya kemudian saya injak kakinya supaya tidak bisa lanjut jalan. Di samping saya kesal sama orang itu, tapi saya juga senang bisa menyeelamatkan nyawanya,” imbuhnya.

Di perlintasan ini, pos penjagaan dilengkapi alat sistem perlintasan kereta. Walau dibantu alat, Sutikno mengaku tugas penjaga tidak berkurang karena alat masih harus dikendalikan manual. Meski begitu, ia sedikit terfikir rasa khawatir suatu saat semua sistem menggunakan sistem digital dan automatis. Pasalnya jika itu terjadi, ada kemungkinan akan terjadi pengurangan tenaga manuusia.

“Semuanya masih serba manual. Kecuali sistem peringatannya saja yang otomatis nyala, seperti alarm. Kalau buka tutup palang, harus dilakukan sendiri,” ucapnya sambil menunjuk panel kontrol, kepada tim Dompet Dhuafa ia menerangkan arti kode yang tertera pada lampu alarm.

Untuk mengapresiasi Mulyadi, Dompet Dhuafa berkat para donatur yang turut peduli, memberikannya sebuah paket bingkisan parsel Ramadan, Selasa (5/44/2022). Rasa senang tentu langsung tercuat keluar dari mimik muka Sutikno. Ia mengucapkan doa semoga orang-orang baik di Dompet Dhuafa selalu diberi keberkahan dan kesehatan. (Dompet Dhuafa / Muthohar)