26 Tahun Dompet Dhuafa Membentang Kebaikan

2 Juli, Dompet Dhuafa genap berusia 26 tahun. Usia yang cukup matang untuk sebuah organisasi, meski masih kalah tua dibanding lembaga atau organisasi lain. Namun, tentu saja kita tidak ingin terjebak pada bilangan dan angka usia, karena yang paling penting adalah sebanyak apa manfaat yang sudah diberikan lembaga ini kepada umat, masyarakat, bangsa, negara, bahkan dunia.

Perjalanan cukup panjang yang dilalui Dompet Dhuafa ini tentu saja patut disyukuri. Mengapa? Di tengah perkembangan dunia teknologi dan informasi yang begitu pesat, di mana banyak perusahaan, organisasi, atau lembaga yang tumbang, Dompet Dhuafa masih bisa bertahan, dan bahkan berkembang. Insya Allah, dengan dukungan masyarakat yang masih sangat tinggi, kita semua optimis Dompet Dhuafa akan terus eksis, menebarkan manfaat, membentang kebaikan, dan mampu menjawab tantangan zaman.

Di usianya yang ke-26, banyak torehan penting dan juga membanggakan, selain tentu saja kita tidak menutup mata atas segala kekurangan dan keterbatasan. Sebagai “tahadduts bin ni’mah”, selama 26 tahun Dompet Dhuafa telah berhasil mengoptimalkan kepercayaan dana publik sebesar Rp 2,66 triliun, dengan alokasi penyaluran 90 persen, dan penerima manfaat mencapai 19.3 juta jiwa. Jaringannya kini mencapai pelosok Nusantara, dan bahkan di lima benua. Tak sedikit apresiasi dan penghargaan yang diterima, baik skala nasional, regional, maupun global.

Kehadiran Dompet Dhuafa adalah fenomena. Ia menjadi lembaga yang mampu mengubah mindset pengelolaan dana umat yang (biasanya) tradisional menjadi manajemen profesional. Ketika banyak orang melakukan pekerjaan sosial sambil lalu, amil Dompet Dhuafa sudah bekerja penuh waktu. Banyak terobosan dan inovasi yang terus dilahirkan Dompet Dhuafa sehingga ia bisa menjadi—meminjam istilah De Geus (1997)—the living company, atau the living organization

Eksistensi dan kemajuan Dompet Dhuafa saat ini tentu merupakan rahmat Allah yang tiada terkira. Yang dititipkan melalui inisiator, para pendiri, pemimpin, amil dan karyawan, serta para donatur dan masyarakat yang menerima manfaat atas kehadiran Dompet Dhuafa. Sebagian besar dari mereka ada yang masih bahu-membahu membesarkan Dompet Dhuafa, sebagian ada yang sudah berdiaspora, dan bahkan sebagian lagi sudah menghadap sang Pencipta. Sekecil apa pun, peran dan jasa mereka akan selalu tertoreh dan menjadi catatan amal kebajikan di sisi Allah.

Jas Merah

Apa yang berhasil dicapai Dompet Dhuafa saat ini adalah hasil kerja cerdas dan kerja ikhlas dari banyak pihak, secara berkesinambungan. Sebagaimana dikatakan Parni Hadi, Dompet Dhuafa lahir dari mata rantai sejarah. Dompet Dhuafa lahir karena ada Republika, koran ini juga hadir karena ICMI, Habibie, dan terus hingga para pendiri Republik ini. Untuk itu cita-cita Dompet Dhuafa yang ingin membebaskan masyarakat dari belenggu kemiskinan dan mewujudkan keadilan sosial selalu seiring dan selaras dengan tujuan negara bangsa ini. Untuk itu, kita tidak boleh melupakan sejarah. “Jas merah,” kata Bung Karno.

Oleh karenanya, kita patut mengapresiasi dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada mereka yang telah mengabdi di jalan kemanusiaan ini. Ada Parni Hadi yang “dititipi wangsit” untuk mendirikan lembaga ini. Hingga kini masih setia menjaga value lembaga agar tidak tergerus dan tetap lurus. Ada pula Erie Sudewo yang berhasil membangun pondasi yang kokoh sehingga Dompet Dhuafa masih tetap tegak berdiri hingga kini.

Di masa awal-awal, sebelum banyak lembaga sosial muncul, Dompet Dhuafa telah menjadi pionir untuk memecahkan persoalan masyarakat. Salah satu program unggulan yang beliau gulirkan misalnya, Tebar Hewan Kurban (THK).  Program ini bertujuan untuk menghasilkan kedaulatan ternak di Indonesia. Sehingga muncul ratusan hingga ribuan peternak muda baru yang mengembangkan peternakan di Indonesia. Di masanya pula, klinik gratis pertama untuk masyarakat dhuafa di Indonesia berdiri.  Demikian pula dengan keberpihakannya kepada pengembangan ekonomi mikro syariah, yang berhasil melahirkan ribuan BMT di seluruh Tanah Air.

Ada juga Zaim Uchrowi, yang meskipun singkat menjabat sebagai care taker saat Mas Erie cuti belajar, menorehkan inovasi program yang tidak bisa dipandang enteng. Kartu Ukhuwah hasil kerja sama dengan salah satu bank syariah ketika itu mampu mengefektifkan penyaluran zakat kepada masyarakat.

Selanjutnya ada Rahmat Riyadi yang berhasil meluaskan sayap organisasi. Di masanya, Dompet Dhuafa membuka cabang luar negeri pertama, Hong Kong. Hingga kini cabang tersebut setia melayani saudara-saudara, pekerja migran yang mengadu nasib di perantauan. Kini, selain di Hong Kong, cabang Dompet Dhuafa telah ada di Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan Australia.

Di masanya pula Dompet Dhuafa berhasil memiliki sekolah sendiri, yang kemudian melahirkan generasi-generasi cerdas bagi bangsa ini. Di Sekolah SMART Ekselensia ini, semua lulusannya diterima di perguruan tinggi negeri favorit. Mereka berhasil melepas jeratan kemiskinan keluarga mereka selama ini dengan Pendidikan yang berkualitas.

Proses Regenerasi

Ada ungkapan yang perlu kita renungi, “Setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya.” Tambahan untuk konteks Dompet Dhuafa, “setiap pemimpin memiliki program unggulannya.” Itulah sunnatullah yang harus dijalani. Dari masa ke masa, kepemimpinan di Dompet Dhuafa silih berganti. Setiap pemimpin pun ada keunggulan masing-masing. Bahkan, mereka saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.

2 Juli kemarin Dompet Dhuafa bukan hanya mensyukuri proses bertambahnya usia, namun juga proses regenerasi tongkat kepemimpinan. Bpk. Ismail Agus Said menyerahkan tongkap kepengurusan kepada Bapak Nasyith Majidi. Pada pidato terakhirnya Bapak Ismail menyampaikan.

“Kepada rekan-rekan pengurus baru, saya sampaikan selamat menjalankan tugas. Kepada reka-rekan direksi, Amil dan karyawan Dompet Dhuafa saya berharap dapat memberikan dukungan sepenuhnya kepada pengurus baru, melebihi dukungan apa yang anda berikan kepadasaya selama ini.”

“Saya memohon maaf, mana kala ada salah dan khilaf. Seraya memohon ampun dan ridho dari Allah, semoga semua karya kemanusiaan kita membawa manfaat bagi seluruh alam. Wassalam.” Tutup Bapak Ismail.