SULAWESI TENGGARA — Sebagai ujung tombak pendidikan bangsa, guru dituntut memiliki kepribadian yang tangguh, kuat nan sigap guna menghadapi setiap tantangan yang datang setiap saat. Disiplin dan cepat dalam mengambil keputusan dianggap menjadi kunci keberhasilan dalam mendidik. Guru yang disiplin tentunya akan dicontoh oleh para siswa dalam kehidupan di keluarganya.
Oleh itu, maka Dompet Dhuafa berupaya melahirkan guru-guru yang disiplin, tangguh, kuat dan sigap. Dompet Dhuafa Sulawesi Tenggara, pada program Sekolah Guru Indonesia Master Teacher (SGI-MT) batch 46, bekerjasama dengan Komando Distrik Militer (KODIM) 1417 Kendari guna menyelenggarakan materi Military Super Camp. Materi lapangan ini berlangsung pada Minggu (2/10/2022) di Pantai Toronipa, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Koordinator SGI Sulawesi Tenggara Nardis, S.Pd., M.Pd mengatakan, Military Super Camp merupakan agenda rutin dalam program SGI Master Teacher (SMT). Tujuannya adalah untuk membina dan meningkatkan kedisiplinan, keterampilan baris-berbaris, jiwa korsa, kepemimpinan dan kebanggaan terhadap profesinya. Sehingga para guru dapat dapat menjadi pemimpin yang tangguh dan berkarakter.
Sebanyak 30 peserta guru SGI-MT dari SD/MI mengikuti latihan ini yang dipimpin oleh 2 (dua) instruktur TNI dari Kodim 1417 Kendari. Bentuk kegiatannya berupa Latihan Dasar Kepemimpinan dengan konsep semi-militer untuk melatih mental dan kepemimpinan sosial guru-guru. Di antara sub kegiatannya antara lain adalah penggemblengan mental ala semi-militer, outbond yang membangun, pelatihan baris-berbaris, dan teknik survival.
“Dengan kegiatan Military Super Camp ini, kami berupaya menanamkan dan meningkatkan kedisiplinan, keterampilan baris-berbaris, jiwa korsa, kepemimpinan dan kebanggaan terhadap profesinya. Sehingga para guru dapat dapat menjadi pemimpin yang tangguh dan berkarakter,” terang Guru Nardis yang juga merupakan alumni SGI-MT.
Pada kesempatan ini, GM Budaya & Pendidikan Dompet Dhuafa Herman Budianto mengunjungi latihan Military Super Camp SGI-MT #46 Kendari. Kepada para guru peserta, ia kembali menegaskan bahwa guru adalah ujung tombak pendidikan Indonesia dan dunia. Maka itu, sudah semestinya para guru memiliki jiwa yang tangguh dan bertanggungjawab.
“Guru adalah ujung tombak pendidikan Indonesia atau mungkin juga dunia,” certusnya.
Herman juga mengungkapkan apresiasi dan rasa senangnya atas jargon “Bangga Menjadi Guru”. Sebab, katanya, tidak semua orang bangga menjadi guru. Bahkan mungkin ada yang menganggap menjadi guru tidak akan sejahtera hidupnya. Padahal, guru adalah pekerjaan yang sangat mulia dan justru menjadi ujung tombak kemajuan bangsa.
“Bangga menjadi guru masih dirasa sulit karena banyak murid-murid yang mengalami kemerosotan moral yang tidak menghargai guru. Itulah salah satu tigas kita sebagai guru untuk memperbaiki moral anak bangsa. SGI mengajak para guru supaya terus bergerak menjadi pemimpin. Tidak hanya mengajar namun juga memiliki jiwa kepemimpinan yang dapat diteladani,” imbuhnya.
Selanjutnya, para guru akan menjalani materi-materi lainnya setiap sepekan sekali selama 3 (tiga) bulan. Minggu selanjutnya dan seterusnya, para guru SGI akan mendapatkan berbagai materi perkuliahan di kelas. (Dompet Dhuafa / Muthohar)