5 Fakta Jangan Takut Berkurban Melalui Dompet Dhuafa

JAKARTA — Tak terasa sekitar sepekan lagi, Hari Raya Iduladha menyapa kita. Pemerintah melalui Kementerian Agama, telah mengumumkan bahwa 10 Dzulhijah 1440H akan jatuh bertepatan dengan 11 Agustus 2019, pada penanggalan Masehi. Bagi saudara muslim yang tengah berhaji, ini adalah momen-momen puncak dari pelaksanaan Rukun Islam kelima tersebut. Di lain sisi, umat muslim lainnya tengah sibuk mempersiapkan kurban terbaiknya, sebagai bukti ketaatan pada-Nya.

Bagi umat Muslim, berkurban adalah ibadah mulia saat mampu menjalankannya. Selain itu juga sebagai wujud syukur dan sarana untuk berbagi dengan sesama. Karena itulah, wajar jika setiap orang menginginkan kurbannya benar-benar berkualitas dan sampai ke tangan orang yang tepat, serta membutuhkan.

Pola tersebut menunjukkan fakta bahwa bukan berkurban di kawasan tempat tinggal kita, menjadi langkahnya. Melainkan sudah saatnya menebar berkah kurban ke berbagai pelosok sebagai jalannya. Mengerti akan keinginan tersebut, Dompet Dhuafa hadir dengan program Tebar Hewan Kurban (THK) yang kali ini mengusung tema #JanganTakutBerkurban. Seperti apa program tersebut berjalan? Berikut 5 fakta menarik mengenai Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa:

1. Bergulir Sejak 1994

Sejak 1994, Dompet Dhuafa menggandeng masyarakat melalui Tebar Hewan Kurban untuk mendistribusikan berkah kurban ke pelosok Indonesia dan Dunia. Semangat pada 1994 adalah menebar 999 hewan kurban dan pada 2018 mendapatkan amanah untuk menebar hewan kurban sebanya 18.558 ekor setara doka (domba kambing).

2. Berdayakan Peternak Lokal

Tak hanya semangat untuk berbagi daging kurban. Ternyata, dalam setiap kurban yang tersalurkan melalui Dompet Dhuafa, terdapat berkah yang tentunya turut memberdayakan peternak lokal. Dengan kepastian pasar yang THK Dompet Dhuafa berikan, para peternak binaan lebih berani beternak. Hasilnya, mereka terus tumbuh perekonomiannya. Seperti kisah Nurul Huda (41), yang sebelum terjun menjadi mitra THK Dompet Dhuafa dari kelompok Yayasan PP Al Ihsan Baron, Nganjuk, Jawa Timur, ia harus tinggal bersebelahan dengan kandang kambing. Namun kini ia tumbuh menjadi petani berdaya. Dari hasil beternak kambing, Huda, mampu membangun istana baru untuk keluarganya dan terpisah dari kandang kambingnya.

“Ya dulu memang kami setiap hari tidur bareng kambing-kambing. Jiwa beternak juga seperti setengah-setengah. Karena masih bingung, kalo beternak dengan jumlah yang banyak, mau kemana jualnya? Akhirnya saya diajak untuk menjadi mitra peternak THK. Alhamdulillah ada hasilnya, saya bisa bangunkan rumah untuk keluarga dari hasil ternak kambing,” jelas Huda.

Dalam jangka waktu empat tahun, usaha ternak kambingnya yang bermula 4-5 ekor berkembang pesat menjadi ratusan kambing. Kambing-kambingnya laku dipesan untuk kurban dan aqiqah yang rutin tiap bulan. “Kalau sekarang orang mau beli dan datang langsung ke sini kan seneng, pilihan kambingnya banyak. Karena kandangnya udah luas, enggak jadi satu sama rumah lagi,” pungkas Huda.

3. Menjangkau Wilayah Terpencil dan Tersulit

Semangat #JanganTakutBerkurban dari THK Dompet Dhuafa, selalu beriringan dengan pantang menyerahnya tim distribusi hewan kurban yang sering mendapati terjalnya akses menuju lokasi pendistribusian. Menerabas gunung atau perbukitan hingga mendistribusikan hewan kurban menyeberangi pulau dengan perahu, menjadi sajian tahunan dalam mengantarkan amanah para pekurban.

Seperti halnya pengalaman Fatzry, salah satu tim Dompet Dhuafa yang tahun lalu megawal pendistribusian hewan kurban di Dusun Tatinang, Desa Waisala, Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Barat, Maluku. “Kali ini, hewan kurban yang diserahkan kepada warga Tatinang, diangkut menggunakan perahu mesin atau dikenal dengan sebutan donson. Perahu tersebut biasanya dapat memuat penumpang sekitar 15 orang. Namun, demi menebar berkah daging kurban dari donatur Dompet Dhuafa, perahu menjadi moda transportasi untuk mengantarkan sapi ke Dusun Tatinang”.

4. Menjaga Ketahanan Pangan

Bukan sebuah drama, dalam pendistribusian hewan kurban, tak jarang tim Dompet Dhuafa menemui kisah-kisah memilukan. Mulai dari kisah setahun sekali makan daging yaitu di momen kurban. Kemudian juga ada seorang ibu yang dalam keseharian bersama anaknya hanya makan nasi berlauk air. Hadirnya THK Dompet Dhuafa, salah satu semangatnya adalah menjaga ketahanan pangan masyarakat pelosok Indonesia.

“Alhamdulillah  tahun ini kami bisa makan daging. Kami makan daging setahun sekali saja. Itu pun kalau ada yang kasih daging kurban. Jangankan untuk membeli daging, sehari-hari kami cuma tinggal di rumah beratap terpal tanpa listrik dan hanya makan nasi tanpa lauk, ubi, jagung atau sayuran yang kami tanam saja,” cerita Abu, salah satu penerima manfaat daging kurban THK Dompet Dhuafa asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

5. Laporan Kurban Transparan

Saat mengamanahkan kurban melalui Dompet Dhuafa, para pekurban dan donatur tak hanya mendapat kebahagiaan lantaran menebar berkah kurban hingga pelosok nusantara atau memberdayakan peternak lokal semata. Tetapi untuk menjaga kepercayaan publik, ternyata Dompet Dhuafa juga menyiapkan pelaporan kurban baik di masa distribusi hingga pelaksanaan yang transparan kepada pekurban. Melalui pesan singkat dan e-mail, para pekurban dan donatur akan mendapatkan pelaporan dari amanah kurbannya yang lengkap dengan gambar pendukung.

“Alhamdulillah, saya dapat berkurban lagi melalui Dompet Dhuafa. Kali ini atas rezeki Allah, dapat berkurban kambing premium. Sudah 10 tahun saya menjadi donatur Dompet Dhuafa baik itu berzakat, wakaf maupun kurban. Karena berkurban melalui Dompet Dhuafa membuat saya yakin, bahwa distribusi kurban akan sampai ke penerima manfaat yang semestinya. Itu terbukti atas capaian program-program Dompet Dhuafa. Saya lihat dari berbagai informasi dan juga laporan yang lengkap dalam mendistribusikan kurban, memantapkan untuk kembali ke Dompet Dhuafa. Insyaa Allah amanah. Semoga Dompet Dhuafa terus berkembang menjadi besar dan tetap amanah,” ujar Afrirul Ma’ruf, salah satu pekurban THK Dompet Dhuafa asal Pondok Pinang, Jakarta Selatan.