?Air Untuk Kehidupan? Dompet Dhuafa Mengaliri Indonesia

Kerusakan lingkungan dan kemiskinan merupakan dua variabel yang saling berkaitan. Orang yang miskin akan mengandalkan lingkungan sebagai sumber mata pencaharian. Dengan mudah kita bisa menemuinya di tempat-tempat wisata.

Kawasan Tebing Citatah yang berada di Kabupaten Bandung Barat, misalnya. Di kawasan ini terdapat bukit yang sebagain besar merupakan batu kapur. Warga sekitar menjadikan tempat tersebut untuk menambang batu kapur untuk dijual. Padahal, bila hal ini terus menerus terjadi bebatuan kapur tersebut bisa hilang. Terlebih, pada kawasan tersebut terdapat situs purba Goa Pawon. Namun warga tetap saja menambang batu kapur karena tidak ada pilihan pekerjaan lain.

Hal itu merupakan salah satu contoh di mana kemiskinan bisa merusak lingkungan. Oleh karena itu diperlukan program yang mampu mengentaskan kemiskinan secara efektif yang juga disertai program perbaikan lingkungan. Dompet Dhuafa pun turut fokus dalam bidang ini. oleh karena itu Dompet Dhuafa menginisiasi program Semesta Hijau. Program ini bertujuan untuk mendorong perbaikan daya-dukung lingkungan sebagai prasyarat pemberdayaan kaum dhuafa dan jaringan pendukung komunitas pada tingkat akar rumput.

Dengan visi mewujudkan masyarakat berdaya yang bertumpu pada Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam yang berkelanjutan melalui sistem yang berkeadilan, Semesta Hijau mempunyai berbagai misi. Beberapa di antaranya membangun nilai kemandirian dan kebermanfaatan masyarakat berbasis lingkungan hidup dan sumber daya alam, mendorong sinergi program dan jaringan lintas organisasi untuk aktivitas lingkungan hidup berbasis pemberdayaan masyarakat, menumbuhkembangkan sistem ekonomi hijau melalui pendayagunaan sumberdaya lokal masyarakat, dan berperan aktif dalam perlindungan dan pembelaan hak-hak masyarakat atas sumber daya alam dan keadilan lingkungan hidup.

Ada berbagai sub-program dari Program Semesta Hijau ini. Salah satunya adalah Air Untuk Kehidupan (AUK). Di sejumlah wilayah di indonesia kerap mengalami kekeringan ketika musim kemarau tiba. Tidak terdapatnya kantong air merupakan salah satu penyebab. Oleh karena itu program ini dibuat untuk penyediaan air bersih dan infrastruktur sanitasi,melalui program partisipatori (keterlibatan langsung) masyarakat.

Program yang dimulai pada 2008 ini mulai menjadi program reguler sejak 2010. Hingga saat ini lima belas titik program AUK yang tersebar dari Sumatera hingga Sulawesi dan Nusa Tenggara Timut (NTT). Ada empat macam treatment dalam program ini yaitu pipanisasi, pengeboran, penampungan air, dan desalinasi. Ada lebih dari 39.000 yang menjadi penerima manfaat dari program ini.

Salah satu wilayah yang menjadi pemetik manfaat dalam Program AUK Dompet Dhuafa  adalah Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Ya, sebagian besar  masyarakat masih kesulitan mengakses air. Jauhnya pemukiman warga dari sumber mata air menjadi alasan terbatasnya jumlah air di daerah ini. Belum lagi, bilamana musim kemarau hadir melanda wilayah beriklim tropis ini. Sudah dipastikan, sumur air ditiap-tiap rumah warga pun mengering.

Hasil survey Tim Semesta Hijau Dompet Dhuafa di lokasi tersebut menuturkan, ketika kekeringan melanda wilayah Kabupaten Gunung Kidul, untuk memperoleh air memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti minum dan memasak, sebagian besar warga membeli air isi ulang. Kondisi perekonomian yang minim, membuat masyarakat Kabupaten Gunung Kidul terbebani, bilamana harus memiliki pengeluaran tambahan yakni membeli air isi ulang.

Sulitnya memperoleh air bersih akibat kekeringan yang melanda setiap tahunnya membuat masyarakat Kabupaten Gunung Kidul mengharapkan bantuan baik dari pemerintah daerah dan berbagai elemen pihak. Atas kondisi tersebut, Dompet Dhuafa melalui Semesta Hijau bersinergi dengan Dompet Dhuafa Jogja menggulirkan program Air untuk Kehidupan (AUK)

Air untuk Kehidupan merupakan program pengadaan dan kemudahan akses sumber air bersih untuk warga miskin di daerah rawan air. Program tersebut mulai berjalan pada tahun 2014. Dalam program tersebut, dibangun 14 bak penampungan air hujan yang dilakukan di 10 titik lokasi pembangunan dalam 3 kecamatan, yakni Kecamatan Tepus, Kecamatan Girimukti, dan Kecamatan Petir. Proses pengerjaannya dilakukan dengan gotong royong warga. Beberapa warga ikut membantu pengerjaan bak secara bergantian tiap harinya saat proses pembangunan. Kini,  sebanyak 400 kepala keluarga menjadi pemetik manfaat dalam program ini semakin mudah memperoleh air bersih dan layak konsumsi.

Dompet Dhuafa tentu tidak sendirian dalam menjalani program ini. Dompet Dhuafa bekerjasama dengan para stakeholder yang concern terhadap ketersediaan air di suatu wilayah. Semoga program ini terus berlanjut hingga bisa menjangkau daerah Indonesia yang mengalami kekeringan. (Dompet Dhuafa/Uyang)