Amri: ?Kusta Bukanlah Akhir Segalanya??

Amri saat mengisi testimoni mengenai pengalamannya menjadi penderita kusta. (Foto: Uyang)

“Kami ingin bebas (merdeka), bebas merasakan kebahagiaan seperti layaknya manusia normal. Kami ingin bebas (merdeka), bebas berkarya dengan mendapatkan pekerjaan yang kami impikan…,” demikianlah sepenggal bait puisi, yang dibacakan Amri (46), salah satu Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) saat mengisi acara peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 69 di Halaman Gedung Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC)  Dompet Dhuafa Ciputat Tangerang Selatan, Minggu, (24/8).

Menurut pria asal Makassar Sulawesi Selatan ini, menderita penyakit kusta merupakan cobaan terbesar yang dirasakan dalam hidupnya. Betapa tidak, rasa percaya diri yang dimilikinya dulu seolah mulai menyusut. Rona keceriaan yang sering dipancarkannya dalam melakukan kegiatan sehari-hari seolah memudar seiring kusta yang kian menggerogoti tubuh.

“Wah, saat saya sudah divonis dokter mengidap kusta, sudah deh semua badan lemes. Nggak bisa ngomong apa-apa lagi,” terang bapak 3 anak ini.

Amri menceritakan, keadaan sekitar dan lingkungan seolah perlahan-lahan berubah setelah banyak yang mengetahui bahwa dirinya terjangkit bakteri kusta (mycobacterium leprae) ini. Hal tersebut tidak hanya dirasakan olehnya saja, melainkan sahabat-sahabat lamanya yang bernasib sama seperti dirinya.

”Itu karena stigma penyakit ini aneh-aneh. Ada yang bilang ini penyakit turunan sampe penyakit karena diguna-guna. Inikan nggak bener,” ujarnya.

Meski cobaan berupa cibiran dari orang sekitar terus dihadapinya, ia lantas tak patah semangat untuk terus berjuang dalam menjalani hidup. Menurutnya, semangat hidupnya muncul berkat sang istri yang senantiasa memotivasinya untuk cepat sembuh.

“Alhamdulillah, sekarang saya bisa pulih kembali. Saya benar-benar merasa bersyukur,” ucapnya.

Namun, meski kesembuhan sudah didapat Amri, tidak mudah baginya untuk kembali terjun ke dalam masyarakat. Menurut pria yang murah senyum ini, ia masih mendengar beberapa cibiran dari orang sekitarnya yang tidak mempercayai kesembuhan yang dialaminya tersebut.

“Ya karena stigma tentang kusta merupakan penyakit sangat menjijikan tadi. Makanya, mereka tentu nggak semudah itu percaya,” jelasnya.

Melihat perkembangan stigma negatif terhadap mantan pengidap kusta yang tak kunjung hilang ini, Amri pun memiliki tekad. Dengan bergabung di beberapa organisasi sosial di kampung halamannya Makassar dan mengkampanyekan hapus diskriminasi terhadap penderita kusta dan OYPMK.

“Biasanya kami mulai berkampanye di sekolah-sekolah, puskesmas, kelurahan, di jalan-jalan, dan lain sebagainya,” terangnya.

Alhamdulillah, dengan kegigihan dan semangat yang terus mengalir dalam memperbaiki stigma negatif terhadap penyakit kusta, kini sosialisasi yang dilakukan Amri tidak hanya di kampung halamannya saja, saat ini ia pun telah tergabung menjadi anggota pada Komnas Kusta untuk wilayah Tangerang. Dengan sosialisasi dan penyuluhan tersebut, menurutnya sudah banyak rekan-rekannya yang kini pulih dan semangat kembali menjalankan aktivitas sehari-hari.

“Berkat spirit dan motivasi yang diberikan mereka kembali bangkit, saya bersyukur melihatnya,” ucap Amri tersenyum. (uyang)