Anas Binalik, Meretas Asa Demi Menghidupi Keluarga

Anak tengah menyiapkan dagangannya. (Foto: Dokumentasi DD)

Terik panas matahari rasanya sudah menjadi sahabat setianya. Berbekal tongkat serta kemampuan indera peraba, menjadi semangat langkahnya untuk terus berjuang bertahan hidup, mencari nafkah untuk keluarganya tercinta. Ya, laki-laki yang penuh dengan semangat itu bernama Anas Binalik (36), yang selalu menunggu dengan setia para pelanggannya di sekitar Perumahan Kedaung, Pamulang, Tangerang Selatan. Alhamdulillah setiap harinya, ia mampu menjual minimal 15 bungkus Kerupuk Bangka.

“Alhamdulillah, meski saya cacat, saya masih bisa mencari nafkah untuk keluarga saya,” ucap Anas.

Menjadi tunanetra sejak lahir, kini mengharuskannya untuk terbiasa berlatih kemampuan dalam memaksimalkan fungsi indra-indra yang lainnya seperti, perabaan, penciuman, pendengaran, dan lain sebagainya, agar memudahkannya dalam mengingat letak suatu benda, tempat, hingga lokasi berjualan, dan lain sebagainya. Ia harus berusaha sekuat tenaga, agar mampu terbiasa jalani hidup layaknya orang yang normal.

“Saya mulai berlatih mengingat-ingat dari yang terdekat, seperti mau ke kamar mandi, dapur, kamar tidur, sampe sekarang saya udah hafal lokasi berdagang,” paparnya sambil tersenyum.

Mulanya putus asa yang dirasakan pria kelahiran Tangerang, 5 April 1977 ini. Dengan keterbatasan fisik, ia merasa tidak berguna bagi orangtuanya. Namun, sang ibu kala itu selalu menasihatinya agar selalu bersyukur dengan keadaan yang diterimanya saat ini dan harus berjuang menjalani hidup sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Mendengar nasihat dari sang ibu, Anas pun semangat, dan berusaha bangkit untuk menjalani kehidupannya.

“Sejak mendengar nasihat ibu, saya sekarang menjadi semangat dalam jalani hidup saya. Pesan ibu membuat saya tenang jalani hidup,” kenangnya.

Kini, Anas sudah berkeluarga. Ia tinggal bersama istri dan seorang putri semata wayangnya di sebuah rumah kontrakan milik mendiang Ayahnya. Keterbatasan modal untuk usaha kerupuknya yang terus meningkat membuat Anas bimbang. Namun Ia harus tetap menghidupi keluarganya dengan berjuang melawan keterbatasan sebagai penyandang tunanetra dan menghadapi kurangnya modal serta persaingan usaha.

“Saya butuh modal usaha. Alhamdulillah, saya sudah banyak pelanggan, tapi belum bisa menambah jumlah kerupuk yang saya jual karena nggak ada modal lagi,” ujarnya.

Untuk memperoleh modal usaha yang ia butuhkan, Anas menuturkan, ia pernah meminjam modal usaha dari beberapa kerabatnya. Namun, usahanya tersebut belum membuahkan hasil. Kini, ia hanya mengharapkan ada yang mau membantunya dalam mewujudkan keinginannya tersebut.

Alhamdulillah, doa yang dipanjatkannya setiap hari terjawab sudah. Anas mendapatkan bantuan berupa dana pinjaman untuk modal usaha dari Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Tangerang Selatan pada 5 Juli 2012. Sampai saat ini Anas sudah memasuki pinjaman ketiga dan ia mampu mencicil pinjamannya dengan lancar. Ia pun berharap bisa terus merasakan manfaat bantuan dari STF Tangsel guna memenuhi modal usahanya sebagai penopang kebutuhan hidupnya.

Anas Binalik adalah gambaran sosok Ayah yang bertanggungjawab kepada keluarganya. Dengan segala keterbatasannya ia tetap menjalankan perannya sebagai kepala keluarga dengan baik. Semoga menjadi hikmah untuk kita semua, agar terus move on dalam menjalani kehidupan, sesulit apapun rintangan menghadang. (uyang)