Asah Keterampilan Pengungsi Rohingya dengan School for Refugees

Aksi promosi kesehatan (mencuci tangan) dalam program School for Refugees Dompet Dhuafa untuk pengungsi Rohingya di Aceh. (Foto: Dompet Dhuafa)

Terdamparnya pengungsi Rohingya di Aceh 3 bulan lalu membuat berbagai lembaga kemanusiaan berlomba-lomba untuk membantu. Dompet Dhuafa sebagai lembaga kemanusiaan tepercaya di Indonesia juga turun tangan untuk ambil bagian mengatasi masalah kemanusiaan tersebut.

Setelah berbagai bantuan diturunkan, Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa masih melanjutkan bantuan di pengungsian yang ada di Aceh. School for Refugees merupakan komitmen DMC Dompet Dhuafa untuk membantu pendidikan para pengungsi Rohingya.

DMC Dompet Dhuafa dan divisi pendidikan Dompet Dhuafa akan bersinergi untuk mengasah kompetensi masyarakat Rohingya. Berbagai macam keterampilan seperti memasak, membuat kerajinan tangan menjadi materi pengajaran yang diberikan pada program School for Refugees.

“Keterampilan dalam urusan administrasi juga menjadi pengajaran yang diterapkan dalam program School for Refugees ini,” ujar Iskandar, Tim DMC Dompet Dhuafa.

Lebih lanjut Iskandar menuturkan, tak hanya sebatas keterampilan saja yang menjadi pengajaran di School for Refugees. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, serta sertifikasi juga turut ambil bagian dalam program yang berlangsung hingga kini.

Menurutnya, para pengungsi harus memiliki kemampuan untuk bertahan. Para pengungsi harus bisa bertahan ketika mengalami sakit, dari itu pengungsi Rohingya harus bisa bertahan dari segi kesehatan.

“Mereka juga membutuhkan pendidikan untuk mengetahui tentang kesehatan reproduksi, juga anak-anak harus didampingi dalam hal pendidikannya,” ungkapnya.

Dompet Dhuafa pun turut ambil bagian. Dompet Dhuafa akan berkontribusi dalam membangun fasilitas pendidikan dan meunasah. Selain itu, divisi pendidikan Dompet Dhuafa akan memonitoring untuk memastikan tercapainya target kompetensi. Untuk memudahkan fokus pendidikan, proses pendidikan di School for Refugees dibagi menjadi tiga kelompok pengungsi, yaitu anak, wanita, dan pria.

“School for Refugees Rohingya masih aktif lakukan kegiatan belajar mengajar. Agenda hari ini conversation dan promosi kesehatan (mencuci tangan),” jelas Iskandar menambahkan.

Kegiatan Dompet Dhuafa di tempat pengungsian tidak lepas dari keikutsertaan relawan lokal. Sejak Juli lalu Dompet Dhuafa merekrut 25 relawan lokal yang berasal dari Kampus Cot Kala, Universitas Samudra (Unsam), Komunitas Solidaritas Dhuafa Aceh (KSDA), dan Komunitas Cinta Buku (Kocib). Dari jumlah tersebut, sepuluh orang di antaranya merupakan relawan khusus pendidikan. (Uyang/Erni)

 

“22 tahun Dompet Dhuafa Tumbuh Bersama, mari bergandeng tangan wujudkan kemandirian”