Asam Garam Kisah Nadya, Sosok Juru Bahasa Isyarat Silang.id di Jakhumfest 2023

silang-jakhumfest

JAKARTA – Ada satu hal yang menarik perhatian pengunjung dalam gelaran Jakarta Humanity Festival (Jakhumfest) 2023 selain booth workshop, talkshow, dan konser musik, yakni juru bahasa isyarat. Para juru bahasa isyarat yang memakai pakaian serba hitam ini tampak selalu hadir di setiap sesi talkshow, bahkan saat konser musik berlangsung.

Diketahui, Dompet Dhuafa bekerja sama dengan Silang.id menghadirkan juru bahasa isyarat di setiap sesi acara Jakhumfest 2023. Hal ini dilakukan agar para penyandang disabilitas tuli bisa ikut menikmati dan mendapat insight baru dari gelaran Jakhumfest 2023.

Nadya menjadi salah satu juru bahasa isyarat dari Silang.id yang menerjemahkan segmen talkshow dan stand up comedy di panggung utama Pos Bloc, Jakarta. Ia lalu menceritakan perjalanannya sejak awal terjun ke dunia bahasa isyarat hingga kini menjadi juru bahasa isyarat Silang.id.

Baca juga: Bangga Manggung Di Jakhumfest 2023, The Rain Berharap Pesan Baik Dompet Dhuafa Terus Menggema

bahasa-isyarat

Perjalanan Nadya sebagai juru bahasa isyarat dimulai pada tahun 2018. Saat itu, Nadya masih menjadi seorang mahasiswi. Dorongan kuat dari dalam hati untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain membuat Nadya mendaftarkan dirinya sebagai relawan atau volunteer di sebuah lembaga kampusnya, yakni Pusat Studi Layanan Disabilitas. Meski mulanya hanya iseng belaka, namun Nadya terus melanjutkan perannya sebagai juru bahasa isyarat hingga kini. 

“Awalnya aku iseng-iseng saja ikut daftar, dan ternyata diterima. Akhirnya aku banyak belajar bahasa isyarat dan menyelami dunia disabilitas di situ,” ungkap Nadya saat diwawancarai.

Baca juga: Jajal Ruang Hening di Jakhumfest 2023, Pengunjung Tertegun: ‘Speechless’

Bagi nadya, menggeluti dunia bahasa isyarat memberinya banyak pelajaran serta pengembangan diri. Salah satunya yakni kemampuan komunikasi yang meningkat, bahkan meluas. Hal ini karena Nadya berkomunikasi dengan mereka yang bisa mendengar dan juga dengan mereka yang tuli.

“Kelebihannya buat aku, jadi kita bisa komunikasi dan komunikasinya lebih luas, nggak terbatas. Nggak harus sama orang yang bisa mendengar aja, tetapi kita juga bisa mendengar orang-orang tuli. Bahkan, kadang suara-suara mereka (teman tuli) yang kita butuhkan untuk improve kita sendiri,” terang Nadya.

bahasa-isyarat
Nadya (paling kiri) saat menerjemahkan talshow financial planning di Jakhumfest 2023.

Lebih lanjut, Nadya pun mengisahkan tentang suka dukanya selama menjadi relawan dan bekerja sebagai juru bahasa isyarat. Bagi Nadya, bertemu dengan banyak teman tuli menjadi adalah hal yang menyenangkan. Pertemuan itu juga membuat kemampuan bahasa isyaratnya makin berkembang. 

“Kalau senangnya jelas, karena banyak ketemu teman-teman tuli, artinya kan kita jadi bisa mengasah kemampuan bahasa isyarat kita. Sama seperti belajar Bahasa Inggris, semakin kita sering melakukan, mempraktikkan, semakin kita mahir,” katanya.

Sementara dukanya, Nadya masih sering kali mengalami salah paham saat berkomunikasi. Namun miskomunikasi ini bukan terjadi saat Nadya berkomunikasi dengan teman tuli, justru itu terjadi saat dirinya berkomunikasi dengan teman dengar atau orang-orang yang bisa mendengar dan berkomunikasi seperti biasa. Malah, teman-teman tuli lah yang memberikan feedback bagi Nadya, yang kemudian membuat ia makin mahir berbahasa isyarat.

Baca juga: Jakhumfest 2023: Cara Atur Budget Anti Overthinking ala Annisa Steviani

“Dukanya itu terkadang mungkin masih ada miskomunikasi sama panitia (dalam event). Kalau komunikasi sama teman tuli justru nggak ada, kalau aku ada kata-kata yang nggak ngerti pun, mereka malah bantu perbaiki. Jadi aktif saling memperbaiki.”

“Miskomnya justru sama teman dengar, menurut aku mungkin alasannya karena panitia-panitia acara itu nggak tahu aslinya dunia tuli seperti apa, dan apakah menyediakan juru bahasa isyarat itu sudah menjadi aksesibilitas bagi disabilitas, kan belum tentu,” terang Nadya.

bahasa-isyarat

Nadya mengungkapkan bahwa sejak kecil ia sudah senang menjadi relawan, yakni membantu orang lain dengan cuma-cuma. Hal itu kemudian mendorongnya terjun ke dunia disabilitas dan tanpa diduga ia merasa nyaman saat berkecimpung di dalamnya. Nadya pun bertekad untuk terus berada di lingkaran ini dan mengembangkan diri, agar dapat membantu teman-teman disabilitas yang lebih luas.

“Kalau aku memang dari kecil suka dalam hal kevolunteeran, jadi waktu masuk ke pusat studi layanan di kampus juga karena iseng dan memang mau membantu, sesederhana itu, mau membantu aja.”

“Akhirnya pas masuk dunia kerja, masuk ke Silang dan kerja juga di Komisi Nasional Disabilitas (KND). Itu kemudian jadi titik nyaman aku,” pungkas Nadya. (Dompet Dhuafa/Ronna)