Aziz Saleh, Asa Berdaya di Usia Senja

Nasib manusia tak satu orangpun ada yang mengetahuinya. Semua kejadian manusia di dunia telah tercatat dalam kitab lauhul mahfudz Allah SWT. Seorang insan wajib menjalani kehidupan baik suka maupun duka.

Aziz Saleh (73) tahu persis bahwa kehidupan ini hanya sekedar fase suka dan duka, senang dan susah, sedih dan gembira. Sempat merasakan menjadi pimpinan proyek pengerjaan infrastruktur selama beberapa tahun, dan memiliki usaha sembako yang cukup sukses. Namun pengalaman dan perjalanan hidup telah menghantarkan Aziz ke kehidupan yang berbalik 180 derajat.

Jika dahulu Aziz dikenal sebagai pengusaha kecil yang sukses di daerah asalnya, Aceh. Kini ia harus rela dan ikhlas menjalani kehidupan di Jakarta di Rumah kontrakan kecilnya di Kampung Setu Kelurahan Rempoa – Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Di Jakarta, Aziz bukanlah pendatang baru, sudah 10 tahun lebih ia mengarungi kerasnya ibu kota. Ia juga tak sendiri, ia ditemani dua orang putri yang hidup bersamanya dan seorang putera yang telah memiliki keluarga sendiri.

Dua orang putri Aziz, Dewi (40) dan Fitri (36), mengalami gangguan jiwa. Beruntung, Dewi, putri pertama Aziz telah berangsur pulih. Sedangkan Fitri masih harus bersabar karena masih menjalani rawat jalan secara intensif. Tetapi Aziz merasa lega, karena untuk masalah kesehatan mereka sekeluarga sudah ditanggung oleh LKC Dompet Dhuafa.

Mungkin tak seorang pun mengira bahwa, Dewi merupakan salah satu alumnus universitas ternama di Yogyakarta dan sempat bekerja di perusahaan ternama. “Saya juga gak tahu kenapa tuh anak bisa sakit, padahal anaknya pintar, tiba-tiba gak lama adiknya juga begitu (sakit).” Ujar Aziz menceritakan kronologi kejadian.

Aziz hanya ingin menemani kedua sang putri menjalani proses pemulihan. Tak mudah bagi Aziz menjalani semuanya, terutama ketika sang istri sudah tiada. Aziz tak hanya berperan sebagai kepala keluarga tunggal, tetapi juga harus berperan sebagai ibu bagi Dewi dan Fitri.

Untuk mencari penghidupan, Aziz membuka warung kecil yang modalnya banyak ia pinjam dari kerabat yang mengenal baik dirinya. Prinsip hidup Aziz sungguh patut ditiru, ia tak ingin mengiba, sebisa mungkin ia akan mengembalikan dana yang ia pinjam. Hal inilah yang menyebabkan ia begitu dipercaya oleh teman-temannya meski sudah lama tak pernah bersua.

“Insha Allah kalo saya udah ucap pinjem selama saya sehat dan panjang umur akan saya inget, dan dikembalikan, tuh liat sms saya,” ujar Aziz kepada tim LPM Dompet Dhuafa sambil menunjukan bukti pesan singkatnya.

Di rumah kontrakan kecilnya, ia membuka warung kecil-kecilan yang menjual berbagai kebutuhan sederhana masyarakat. Aziz juga semakin termotivasi dalam melakukan usaha berkat dukungan moril dan materil dari anak-anaknya. Sang putera yang telah berkeluarga membantu pendanaan warung meski tak banyak yang ia berikan ditengah keterbatasannya. Dewi juga telah membantu Aziz dalam hal menjaga warung dan melayani pembeli. “Alhamdulillah anak-anak banyak bantu juga jadi saya gak terlalu kerepotan.” kata Aziz.

Namun, satu keinginan Aziz yang belum terpenuhi dalam upayanya melengkapi kebutuhan warung. Ia ingin memiliki lemari pendingin yang akan digunakan untuk menjual aneka minuman. Ia beralasan bahwa banyak warga yang memesan dan kerap menanyakan adakah minuman dingin yang ia jual. Jika sudah begitu Aziz hanya bisa “gigit jari”.

Sebagai lembaga penerima dana amanah publik yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat, LPM Dompet Dhuafa membantu mewujudkan keinginan Aziz agar memiliki lemari pendingin yang akan ia gunakan demi menambahkan varian usaha dan tentunya akan meningkatkan pendapatannya. Dengan adanya lemari pendingin ini, Aziz berharap agar ia mampu berdaya secara ekonomi seperti dahulu, minimal lebih baik dari saat ini.

“Saya sangat bersyukur, dengan bantuan dari Dompet Dhuafa, mudah-mudahan usaha saya berkah dan mendapatkan kesuksesan, saya juga sangat berterima kasih kepada donatur Dompet Dhuafa atas bantuan ini. Ujar Aziz dengan penuh haru. (Rifky/LPM DD)