Bentang Kebaikan, Berdayakan Perajin Payung Lukis

Desa Juwiring, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah merupakan desa yang dikenal sebagai penghasil kerajinan payung lukis. Profesi membuat payung lukis ditekuni oleh masyarakat setempat secara turun temurun sejak tahun 1800-an. Payung berbahan kertas yang dilukis dengan tangan ini telah bertahun-tahun digunakan oleh Keraton di Yogyakarta dan Solo juga masyarakat Bali dalam prosesi ngaben.

Sekitar tahun 1970-an, setiap kali Keraton Surakarta menggelar upacara Suronan serta Muludan, selalu memesan payung dari Juwiring. Sedangkan untuk keraton Jogjakarta biasanya digunakan para abdi dalem untuk labuhan di Laut Kidul. Selain itu, payung hasil karya para perajin Juwiring ini juga pernah dipesan Pemerintah untuk dikirim ke negara Jepang, Suriname dan Kamboja. Sehingga payung hias asal Juwiring terdengar hingga seantoro Nusantara.

Hanya saja, sejak krisis moneter melanda Indonesia tahun 1998, pesanan yang skalanya nasional, yang biasanya dari Jakarta tiba-tiba berhenti. Lambat laun, pasar payung lukis semakin menyempit sehingga penghasilan para perajin saat ini minim. Hal ini diperparah dengan tidak adanya regenerasi perajin sehingga saat ini hanya tersisa 11 orang perajin saja.

Dompet Dhuafa tergerak untuk membantu para perajin tersebut dengan program pemberdayaan ekonomi melalui proses pengembangan komunitas (community development). Program bertujuan untuk mempertahankan eksistensi kerajinan payung lukis sebagai bagian dari sumber pendapatan dari sektor ekonomi kreatif, dengan target meningkatkan pendapatan mitra dan menambah jumlah perajin.

Salah satu perajin payung lukis yang menjadi pemetik manfaat adalah Ngadiakur (52). Sejak dibantu oleh Dompet Dhuafa, Pak Ngadi mengaku, usaha kerajinan payung lukis sendiri mengalami perubahan yang lebih baik. Dalam memproduksi payung lukis, Pak Ngadi dan rekan-rekan paguyuban bisa menghasilkan sebanyak 30 buah dalam sehari. Payung lukis yang telah rampung biasanya siap di pasarkan di beberapa wilayah sekitar Klaten seperti Solo dan Yogyakarta.

“Alhamdulillah, semenjak dibantu modal usaha oleh Dompet Dhuafa  kami bisa memenuhi pesanan payung lukis. Kami mengharapkan, bantuan berupa alat pencetak kerangka bisa segera hadir untuk mempermudah produksi kerajinan payung lukis ini,” ungkapnya tersenyum.

Selain mengalami perubahan yang lebih baik dalam omzet pemesanan, Pak Ngadi menuturkan, untuk menarik minat para wisatawan domestik dan mancanegara, serta anak-anak muda di wilayah Klaten dan sekitarnya, melalui pendampingan usaha dari Dompet Dhuafa, Paguyuban Multi Rahayu beberapa bulan sekali menggelar kegiatan Workshop Kerajinan Payung Lukis. Dalam Workshop tersebut juga digelar pelatihan seni keterampilan melukis payung yang bertujuan untuk mengajak pengunjung melestarikan warisan budaya negeri.

Dalam menjalankan program ini Dompet Dhuafa bekerjasama dengan Asuransi Astra Syariah. Dukungan yang diberikan Dompet Dhuafa dalam mengembangkan komunitas perajin payung lukis ini mulai dari segi akses permodalan, diversifikasi produk turunan, pengembangan jaringan pasar dan pendampingan. Diharapkan dengan dukungan tersebut, para perajin payung lukis semakin berkembang dan meningkat pendapatannya. (Dompet Dhuafa/Satria/Uyang)