Berawal dari Modal Rp 400 Ribu, Subur Kini Sukses Rintis Usaha Dawet dan Es Pisang

GUNUNG KIDUL- Menjadi pengusaha sukses menjadi harapan dan impian pemuda yang satu ini. Ya, harapan itulah yang terpatri dalam hidup Subur (29) pemuda sederhana asal Gunung Kidul, Yogyakarta yang dikenal gigih berjuang, demi mewujudkan cita-cita yang diidamkannya selama ini.

Subur menyadari,  mengembangkan usaha bisnis makanan membutuhkan modal yang tidaklah sedikit. Meski demikian, ia tak langsung surut langkah dalam melanjutkan cita-citanya tersebut. Sadar akan modal usaha yang dimilikinya minim kala itu, membuat ia memutar otak dan mencari peluang terkait kesempatan bisnis makanan di wilayah Yogyakarta.

Dalam mencari peluang bisnis makanan, Subur tidaklah seorang diri. Bersama rekan-rekan sebayanya, ia mendapatkan ide, untuk membuka usaha makanan dengan memanfaatkan sumber pangan utama yang ada di Kabupaten Gunung Kidul yakni ketela (telo). Karena menjadi sumber pangan utama di wilayah yang dikenal kering dan tandus ini, ini telo tumbuh sangat subur dan dijadikan sumber pangan kedua setelah padi (nasi).

“Telo sangat murah di kabupaten Gunung Kidul ini, makanya saya bersama teman-teman coba mencari ide kreasi makanan yang berbahan dasar telo. Kan telo jenisnya banyak, salah satunya jenis yang saya ambil adalah telo ungu,” ungkap Subur.

Selain telo, sumber pangan lainnya yang mampu memikat hati pemuda yang murah senyum ini sebagai ladang bisnisnya adalah pisang. Buah pisang juga menjadi tanaman yang banyak ditemui di Kabupaten Gunung Kidul dan tumbuh subur di wilayah tersebut.

Dengan modal Rp 400 ribu, Subur bersama rekan-rekannya mencoba menjalani usaha pertamanya dengan membuka bisnis Es Pisang Ijo. Di awal menjalankan usahanya, Subur hanya memiliki satu gerobak untuk berjualan Es Pisang Ijo di daerah Gunung Kidul.

Namun, pertemuannya dengan salah seorang teman membukakan jalan bagi Subur dan rekan-rekannya untuk mengembangkan usaha. Temannya tersebut, mengenalkan Subur pada Program Dompet Dhuafa Jogja yang konsentrasi pada pengembangan usaha kecil menengah, yakni program Madrasah Ekonomi Mandiri.

Dari program tersebut, Subur mendapat tambahan modal sebesar satu juta rupiah. Semangat Subur bersama rekan-rekannya semakin bertambah, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menambah satu lagi gerobak es pisang ijo miliknya. Melihat perkembangan usahanya yang semakin membaik, Subur memutuskan menambah kembali gerobaknya,

Hal ini juga ditujukan untuk membantu teman-temannya di kampung agar tidak terjerat menjadi pengangguran yang dapat menambah angka kemiskinan. Hingga saat ini usaha es pisang ijo miliknya telah memiliki tujuh gerobak yang tersebar di Gunung Kidul, dengan demikian semakin banyak teman di kampungnya yang terbantu.

“Sukses yang saya raih ini harus bisa dirasakan teman-teman saya yang lain. Terutama yang masih nganggur. Saya nggak ingin melihat mereka susah, makanya saya ajak untuk bantu-bantu usaha yang saya rintis ini,” jelasnya.

Keberhasilannya dalam menjalani usaha tersebut, selalu ingin ia tularkan ke banyak orang. Saat mengikuti program pendampingan yang dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa Jogja, di situlah ia dapat berbagi ide kesuksesan dalam mengelola bisnis makanan, bersama sesama penerima manfaat. Semua ia lakukan untuk mengoptimalkan potensi yang ada di wilayah Gunung Kidul khususnya, dan yang pasti untuk mengurangi angka pengangguran yang cukup besar.

“Alhamdulillah, mengenal Dompet Dhuafa buat saya semakin mempermudah saya menambah modal usaha dan bertukar pikiran dengan teman-teman penerima manfaat lain yang juga ingin merintis sebuah usaha,” terang Subur, Penerima Manfaat Dompet Dhuafa Jogja ini.

Ternyata usaha Subur dalam berbagi ilmu, tak berhenti sampai disini, rumah orang tuanya yang sederhana sering dikunjungi teman-temannya. Dari berbagai cerita dan tukar pikiran bersama temannya, Subur memutuskan untuk mengembangkan usaha esnya.

Bahan pangan yang pernah dipikirkan sebelumnya yakni ketela ungu,  yang akan diraciknya menjadi es dawet. Saat tim Dompet Dhuafa Jogja berkunjung, pemuda yang murah senyum ini sedang membuat gerobak es dawet ungunya. Ini merupakan gerobak kedua, karna ia telah memproduksi satu gerobak untuk percobaan melihat respon masyarakat terhadap produk barunya tersebut.

Trik pemasaran baru, ia terapkan pada usaha barunya ini tak seperti ketika usaha es pisang ijo yang menggunakan metode penjualan standar (menggelar gerobak dan menunggu pembeli datang). Kali ini, Subur berinisiatif untuk memanfaatkan media BBM, jadi bagi pembeli yang mau berfoto untuk kemudian dijadikan DP (Display Picture)Blackberry Messanger akan mendapatkan satu gelas es dawet ketela ungu gratis.

“Alhamdulillah cara yang saya gunakan ini membuat usaha es dawet ketela ini semakin rame, jadi saya memutuskan untuk membuat gerobak lagi,” ujarnya.

Sosok sederhana dari desa kecil di Gunung Kidul memiliki kreativitas yang sangat maju dan berani. Ini ia buktikan dengan rencana ke depan yakni membuka usaha bakso beberapa waktu mendatang. Laki-laki yang mengenal Dompet Dhuafa sejak kurang lebih dua tahun ini kini memiliki beberapa usaha yang ia jalankan bersama teman-teman sekampungnya. Mereka ialah anak-anak muda yang tidak ingin hanya berdiam diri tanpa aktivitas keseharian.

“Jika mau berwiraswasta, kita harus totalitas dan jangan mau menyerah pada satu usaha saja. Jadi kenapa saya membuat usaha es dawet ketela ungu juga usaha bakso yang mau saya rintis, itu karna saya harus bersiap jika suatu saat salah satu usaha saya turun, masih ada usaha yang bisa saya jalankan,” pungkas Subur. (Dompet Dhuafa Jogja/Uyang)