Berdakwah Melalui Penguatan Akhlak

KALIMANTAN TIMUR– Menjadi penyebar dakwah di pedalaman memang tidak mudah. Terebih ketika mayoritas agama di daerah tersebut adalah non-muslim. Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh Irwansyah, salah satu anggota Da’i Cordofa Dompet Dhuafa. Ia bersama Lia da’i lainnya berdakwah di Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Irwansyah (42) adalah orang asli Kalimantan Timur, lebih tepatnya Kutai Kartanegara. Di kota inilah ia bersama keluarganya tinggal. Saat ini ia bersama lima ustadz lainnya yang bergaung di Da’i Cordofa Dompet Dhuafa menyebarkan agama rahmatan lil alamin di Kalimantan Timur, khususnya di Kutai Kartanegara dan Kutai Barat.

Melalui telepon, Irwansyah bercerita tentang awal bergabungnya dengan Da’i Cordofa. Awalnya Dompet Dhuafa ada kerjasama dengan Baitul Rahmat, salah satu lembaga pengelola zakat di Bontang, Kalimantan Timur. Dahulu Irwansyah merupakan salah satu pengurusnya.

Beberapa waktu setelah tidak lagi menjadi pengurus, Irwansyah bertemu dengan Ustadz Imam dari Da’i Cordofa, Dompet Dhuafa, di Kutai Kartanegara. Hasil dari pertemuan itu mereka membicarakan tentang dakwah di pedalaman, khususnya di Kabupaten Kutai. Dari situ dimulailah ide untuk berdakwah dari rumah ke rumah di daerah pedalaman Kabupaten Kutai. Bukan tanpa alasan Irwansya menerima tawaran itu. Pada 1994 ia pernah membina orang-orang yang baru masuk Islam (mualaf).

“Dari situlah saya berkomitmen lebih jauh untuk kegiatan da’i cordofa di pedalaman,” jelas Irwansyah.

Irwansyah bercerita tentang pengalamannya berdakwah di pedalaman Kalimantan Timur pada 1994. Saat itu informasi tidak seperti sekarang.

“Dulu kita mau tahu data suatu kecamatan tertentu yang ada informasi masyarakat muslim, kita harus pergi dulu ke kecamatan untuk bertanya tentang anak-anak suku pedalaman atau lain sebagainya. Untuk menuju kesana ada yang harus ditempuh menggunakan perahu, dan juga ada yang jalan kaki,” ceritanya.

Perlu diketahui bahwa saat itu akses jalan ke padalaman masih rusak, sehingga penduduknya kurang mendapatkan informasi yang banyak. Untuk bertemu dengan orang lain pun jarang sekali, jadinya karakter pemalu dan takut mendominasi keadaan. Mereka berlarian saat ustadz datang. Untuk didatangi pun susah. “Tantangannya bagaimana menarik mereka untuk bertemu dengan para ustadz,” tambahnya.

Tantangan lainnya adalah mayoritas warganya beragama non-muslim. Disinilah strategi pendekatan melalui agama dimulai. Bukan dengan berceramah tentang fiqih atau hukum Islam, melainkan melalui akhlak Islam.

Melalui sopan santun, tingkah laku yang baik, dan saling mengunjungi, Irwansyah memulai pendekatan dengan warga non-muslim. Senyuman hangat dan ramah pun ditunjukkan oleh warga non-muslim  tersebut. Dari sini, perlahan tapi pasti, konsep Islam mulai dikenalkan oleh Irwansyah.

“Selanjutnya kita arahkan mereka untuk mengenal Islam. Kalau mereka bersedia, kita bisa mencari tempat untuk belajar. Kalau ada masjid atau mushola, kita ijin dulu dengan kepala adat atau kepala desa bahwa kita mengadakan pembinaan di tempat mereka,” cerita Irwansyah.

Diakui oleh Irwansyah, bahwa adat istiadat Suku Dayak masih sangat tinggi. Tidak mungkin ia berpenampilan dengan menunjukkan identitas muslim.

Tidak hanya warga non-muslim saja yang disasar, muslim di daerah pun juga menjadi tujuan syiar Irwansyah. Mereka adalah muslim yang masih minim pengetahuan tentang Islam. “Kebanyakan mereka belum mengenal Islam lebih mendalam,” tambahnya.

Irwansyah mengakui bahwa ia senang ilmu yang dipunya bisa bermanfaat bagi sesama. Melalui dakwah ke pedalaman inilah ia menjadi lebih kenal dengan sesama saudaranya di Kalimantan Timur.

“Selama berdakwah saya jadi lebih banyak mengenal saudara saya di pedalaman. Mereka haus dengan siraman rohani agama Islam. Ilmu yang dipunyai pun bisa bermanfaat. Terus terang, tidak banyak da’i yang mau ke pedalaman. Warga di sana pun kini jadi merasa lebih diperhatikan. Mereka kita kunjungi sehingga mereka merasa punya saudara sesama muslim,” terang Irwansyah.

Oleh karena itu Irwansyah akan terus berusaha membumikan Islam di tanah Borneo. (Dompet Dhuafa/Erni)