BANTEN — Ada sebuah rumah sakit di Serang, tepatnya di Jl. Raya Taktakan Km. 1, Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan Serang, Banten. Tiap kali ada orang keluar dari rumah sakit tersebut, tampak dengan pelindung mata. Sehingga dapat dipastikan orang tersebut adalah pasiennya. Hal itu lantaran rumah sakit tersebut untuk spesialis mata yang pembangunannya berada di atas aset wakaf oleh Alm. Achmad Wardi. Menisbatkan pada nama pewakif, rumah sakit tersebut bernama Rumah Sakit Mata Achmad Wardi.
RS Mata Achmad Wardi menjadi rumah sakit pertama dan satu-satunya rumah sakit khusus mata yang ada di Banten. Sejak peresmiannya pada 21 April 2018 oleh Dompet Dhuafa dan Badan Wakaf Indonesia, RS tersebut menjadi primadona bagi warga Banten. Alasannya, peralatan yang mumpuni meski dengan biaya berobat yang sangat terjangkau. Meski menjadi rumah sakit wakaf untuk para dhuafa, tak menjadikan pelayanan rumah sakit tersebut apa adanya. Justru, wakaflah yang membuat pelayanan di RS Mata Achmad Wardi sangat profesional. Karena yang dikejar bukanlah profit, namun kebermanfaatan yang meluas. RS Mata Achmad Wardi termasuk dalam RS tipe C.
Dana dari tangan-tangan pewakif ternyata mampu memberikan banyak manfaat bagi masyarakat dhuafa. Di RS Mata tersebut, para dhuafa dengan gangguang penglihatan, mendapatkan kesempatan memiliki akses kesehatan dengan biaya terjangkau, bahkan gratis. Mereka bisa mendapatkan operasi katarak secara cuma-cuma. Seperti yang dirasakan Sami, seorang nelayan asal Serang, Banten.
Sami adalah salah satu member RS Mata Achmad Wardi. Diungkapkannya, sebelum menjalani operasi, Sami tidak dapat melihat orang dengan jelas. Yang dirasakannya hanya seperti melihat bayangan-bayangan lewat.
“Jadi seperti bayang-bayangan aja gitu. Seperti bayangan orang lewat gitu,” katanya.
“Kerjaan Saya nelayan di laut. Saat saya sakit dan tidak kerja, hanya di rumah saja. Karena sudah tidak kelihatan lagi,” lanjutnya.
Sami mengaku awalnya tidak tahu jika mengalami gangguan mata. Ia mengira hanya sakit mata biasa. Namun, lama-kelamaan penglihatannya makin terganggu, dan akhirnya tidak dapat melihat.
“Kok makin hari makin gelap gitu. Tahunya ya setelah diperiksa. Ternyata katarak. Alhamdulillah setelah dipoperasi, baru bisa melihat lagi. Tapi melihatnya ini masih belum normal. Kepala juga masih pusing”, ungkapnya, beberapa saat setelah operasi pada Jum’at (18/10/2019).
Meski secara cuma-cuma, mesin yang digunakan di Rumah Sakit tersebut adalah mesin dari DORC (Dutch Ophthalmologi Research Center) di Belanda. (Dompet Dhuafa/Muthohar)